HOLOPIS.COM, JAKARTA – Jakarta Biennale kembali hadir untuk menampung berbagai kolektif seni, karya para seniman. Jakarta Biennale yang telah lahir sejak tahun 1974 kembali hadir di tahun 2024 ini untuk merayakan ulang tahun yang ke-50.

Jakarta Biennale yang awalnya dikenal dengan nama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia digagas oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Sebagai pemilik, DKJ memegang peran sentral dalam menjaga keberlanjutan salah satu perhelatan seni kontemporer paling bergengsi di Indonesia.

Setelah kesuksesan pada 2021 lalu, DKJ kembali menyuguhkan Jakarta Biennale 2024 yang resmi dibuka pada 1 Oktober sampai 15 November 2024 di Galeri Emiria Soenassa, Sudjojono, Oesman Effendi, dan beberapa titik lainnya di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Jakarta Biennale 2024 hadir dengan menggandeng 20 kolektif yang tergabung dengan nama Majelis Jakarta. Mereka di antaranya RajutKejut, Setali Indonesia, Cut and Rescue, PannaFoto Institute, Kelas Pagi Indonesia, Komunitas Paseban, TrotoART, Gudskul Ekosistem, Westwew, Jakarta Wasted Artists, Atelir Ceremai, Asosiasi Pematung Indonesia – Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, Serrum ArtHandling, Sanggar Seroja, Galeri Saku Kolektif, Girls Pay the Bills, Sekolah Sablon Indonesia, Sanggar Anak Akar, dan Binatang Press!.

Majelis Jakarta menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk di antaranya para kurator dan seniman asal Taiwan. Mereka bekerjasama dalam satu bingkai kuratorial di bawah arahan kurator asal Taiwan, Sandy Hsuchiu Lo, dalam program bertajuk Topography of Mirror Cities.

Dalam bingkai kuratorial ini, mereka menarik hubungan antara enam kota di enam negara Asia Tenggara tentang kota yang layak huni dan menyenangkan. Diantaranya adalah Kuala Lumpur (Malaysia), Taipei (Taiwan), Phnom Penh (Vietnam), Bangkok (Thailand), Jakarta (Indonesia) dan Dhaka (Bangladesh).

Di tangan mereka, metode dan penyelenggaraan Jakarta Biennale 2024 dibingkai dalam konsep ‘lumbung’, yang dapat diinterpretasikan sebagai wadah, tempat semua sumber daya yang dimiliki oleh kolektif / kelompok maupun individu disimpan dan dikelola bersama. Itulah sebabnya Jakarta Biennale 2024 hadir tanpa tema, tim kuratorial, dan seleksi yang ketat.

Melalui nilai dan cara kerja lumbung, penyelenggaraan Jakarta Biennale 2024 ingin mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada sejumlah kolektif /kelompok dan anggota masyarakat di berbagai wilayah di Jakarta.

Fernando Randy, salah satu fotografer yang karyanya menghiasi ruang pameran mengungkapkan rasa bangganya bisa terpilih dalam ajang tersebut untuk pertama kalinya.

“Ini pameran Biennale saya yang pertama, dan tentu menyenangkan bisa terpilih sebagai salah satu pameris di event seni kontemporer semonumental Jakarta Biennale (JB), terlebih saat ini JB memasuki usia ke-50,” ungkap Nando, sapaan akrabnya dalam pembukaan Jakarta Biennale ke-50, Selasa (1/10).

Mengusung tema ‘Pembangunan Jakarta’, Nando menceritakan perihal Jakarta yang terus menerus dibangun namun menjadi bias karena pada akhirnya pembangunan tersebut tidak menemui sasaran tepat dan menjadikan kota ini semakin baik.

Dia menyampaikan, bahwa banyak pergerakan setelah pandemi Covid-19. Dimana kini banyak karya-karya foto personal yang saat ini tampil di ajang Jakarta Biennale. Hal itu karena beberapa tahun terakhir para fotografer lebih banyak berkarya dari rumah.

“Cerita foto yang sering kali terlewat tentang keadaan sekitar sekarang mulai bermunculan. Dan tentu bagus untuk menambah keragamaan dari fotografi itu sendiri. Karena memang sifat dari seni itu sendiri adalah tetap berjalan luwes dengan perkembangan zaman,” kata pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan tersebut.

14 tahun menjadi fotografer Tanah Air, Nando berharap seni dapat menjadi penyambung perubahan kota Jakarta.

“Saya ingin menyampaikan bahwa setelah lepasnya Ibukota, mungkin sudah saatnya pembangunan Jakarta lebih mengacu pada warganya dan lebih peka serta fokus terhadap setiap berbagai gejala global warming. Dan semoga seni tetap menjadi salah satu senjata utama untuk bersuara membuat perubahan,” tutupnya.

Selain Nando, beberapa nama fotografer ibukata seperti Adhi Wicaksono, Thoudy Badai, M. Zaenuddin, Rakhmawaty, Abyan, Fernando Randy dan kolektif dari Kelas Jurnalis Cilik Cilincing ikut memeriahkan Jakarta Biennale ke-50.

Jakarta Biennale 2024 dapat terselenggara atas dukungan banyak pihak, termasuk dari unsur pemerintah, yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia.