Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Di tengah maraknya tindakan kenakalan remaja, kita harus menyadari bahwa masa depan bangsa berada di tangan pemuda. Oleh karena itu, pendidikan yang tepat sangat dibutuhkan untuk membentuk mereka menjadi generasi penerus yang beriman, berilmu, dan beradab.

Adapun pada naskah Khutbah Jumat kali juga berbicara terkait topik tersebut. Berikut ini naskahnya :

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَان أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (الطور: ٢١). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Baru-baru ini, kita dikagetkan dengan penemuan jasad tujuh orang pemuda berusia belasan tahun yang meninggal terhanyut di kali di daerah Bekasi. Hal ini bermula dari penyergapan pihak kepolisian terhadap puluhan remaja yang sedang nongkrong sambil mengkonsumsi minuman keras dan berencana tawuran dengan kelompok remaja lain yang diketahui melalui media sosial.

Penyergapan itu berbuah penangkapan tiga orang membawa senjata tajam, puluhan orang dalam keadaan mabuk, dan sebagian lainnya melarikan diri ke perumahan warga dan melompat ke kali.

Beberapa fenomena pemuda negatif seperti ini bukan merupakan harapan pemimpin pertama bangsa ini, Ir. Soekarno yang pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ini merupakan ungkapan yang menjelaskan bahwa peran pemuda dalam perkembangan bangsa sangat strategis.

Tidak heran jika Nabi menyebutkan pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin yang adil dalam urutan tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah di hari akhir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 1, halaman 133:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

Artinya, “Tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali dari Allah. Pertama, pemimpin yang adil. Kedua, pemuda yang tumbuh dalam perilaku ibadah kepada Allah.”

Hal ini yang menjadikan Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan pemuda di awal-awal Islam. Tercatat sebagai orang kedua masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib di usia 10 tahun.

Nabi menyadari bahwa pemuda lebih mudah menerima kebenaran dari pada orang yang lebih tua yang sudah memiliki keyakinan mengakar dalam pikiran. Hal ini ditegaskan imam Ibn Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, juz 5, halaman 127:

فَذَكَرَ تَعَالَى أَنَّهُمْ فِتْيَةٌ وَهُمُ الشَّبَابُ، وَهُمْ أَقْبَلُ لِلْحَقِّ وَأَهْدَى لِلسَّبِيلِ مِنَ الشُّيُوْخِ الَّذِيْنَ قَدْ عَتَوْا وَانْغَمَسُوا فِي دِينِ الْبَاطِلِ

Artinya, “Allah menyebutkan bahwa mereka (Ashabul Kahfi) adalah para pemuda. Pemuda adalah generasi yang lebih mudah menerima kebenaran dan petunjuk dari pada generasi tua yang telah terdoktrin keyakinan ajaran agama yang menyimpang.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah! Ada tantangan berat mendidik dan mengarahkan generasi pemua karena usia yang masih labil dan ditambah lagi dengan pola pergaulan saat ini yang penuh dengan perilaku negatif. Oleh karena itu, Nabi melakukan beberapa hal untuk membentuk generasi pemuda memiliki karakter dan perilaku yang positif.

Pertama, berinteraksi dengan pemuda untuk menanamkan nilai-nilai agama dan karakter. Hal ini sangat penting karena hal ini dapat menjadi tameng bagi para pemuda dalam menerima informasi dan budaya negatif.

Hal ini tergambar dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibni Majah, juz 1, halaman 23:

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا

Artinya, “Dari Jundub bin Abdullah, ia berkata, ketika kami bersama Nabi, kami di usia pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al-Qur`an, kemudian kami mempelajari Al-Quran. Kami merasakan agama dan perilaku kami semakin baik dengan pola pendidikan itu.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Kedua, memberikan ruang dan kesempatan bagi pemuda untuk melakukan peran sosial sebagai latihan penanaman karakter tanggung jawab di dalam diri mereka. Selain itu, hal ini juga dapat mengisi ruang waktu kosong pemuda, sehingga tidak dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang negatif.

Hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam hadits yang dikutip oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, juz 2, halaman 354:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، قَالَ: فَسَلَّمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ، فَأَبْطَأْتُ عَلَى أُمِّي، فَلَمَّا جِئْتُ قَالَتْ: مَا حَبَسَكَ؟ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ، قَالَتْ: مَا حَاجَتُهُ؟ قُلْتُ: إِنَّهَا سِرٌّ، قَالَتْ: لَا تُحَدِّثَنَّ بِسِرِّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدًا قَالَ أَنَسٌ: وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًا لَحَدَّثْتُكَ

Artinya, “Dari Anas, ia berkata, Rasulullah mendatangiku ketika aku sedang bermain bersama pemuda lain. Ia menyampaikan salam padauk (menyapaku), kemudian memintaku untuk mencarikan kebutuhan, lalu aku mendatangi ibuku. Ketika aku tiba, ibuku bertanya, ada apa denganmu? Aku menjawab, Rasulullah memintaku untuk mencari kebutuhan. Ibuku bertanya, apakah kebutuhannya? Aku menjawab, maaf, ini adalah rahasia. Ibuku berkata, jangan kamu bicarakan rahasia Rasulullah kepada siapapun. Anas berkata, demi Allah, jika aku perlu menceritakan hal tersebut, pasti aku akan ceritakan kepadamu.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Ketiga, memposisikan pemuda secara sejajar dengan orang tua di dalam interaksi sosial. Memberikan hak kepada pemuda hal-hal yang menjadi haknya, sehingga tidak dikesampingkan hanya karena keberadaan orang tua.

Hal ini tergambar dalam hadits yang diriwayatkan imam al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 3, halaman 130:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلاَمٌ وَعَنْ يَسَارِهِ الأَشْيَاخُ، فَقَالَ لِلْغُلاَمِ: أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلاَءِ؟»، فَقَالَ الغُلاَمُ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لاَ أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا، قَالَ: فَتَلَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَدِهِ

Artinya, “Sesungguhnya Rasaulullah pernah diberikan minuman, kemudia Nabi meminumnya. Di sisi kanan Nabi, ada pemuda, sedangkan di sisi kiri Nabi, ada orang tua. Nabi berkata kepada pemuda, apakah kamu mengizinkan saya memberikan minuman ini kepada orang tua itu? Pemuda itu menjawab, demi Allah, tidak, wahai Rasulullah. Aku tidak akan mengutamakan bagianku darimu kepada siapapun. Sahl bin Sa’d (sahabat perawi hadits ini) berkata, Rasulullah akhirnya memberikan minuman kepada pemuda tersebut.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Pada momen yang mulia ini, marilah kita memberikan perhatian dan pengawasan kepada para pemuda penerus bangs aini agar tidak terjerumus pada perilaku negatif yang dapat merugikan mereka dan kita semua. Kita berharap dan berdoa kepada Allah agar generasi pemuda Indonesia diberikan bimbingan dan petunjuk untuk selalu berada di jalan yang baik dan dapat menjadi harapan Indoensia Emas di masa yang akan datang. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ