HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Institut Studi Inovatif Generasi & Humanitas Terpadu (INSIGHT), Dede Rosyadi memberikan respons atas munculnya wacana kegiatan Apel Akbar Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi yang akan digelar di Tugu Proklamasi pada Minggu (22/9) mendatang.
Menurutnya, paguyuban tersebut jangan melakukan langkah yang tidak perlu di akhir kepemimpinan Presiden Jokowi. Pun jika perlu, ia sarankan agar Pasukan Berani Mati tersebut fokus pada pembelaan terhadap rakyat miskin dan yang terzalimi, bukan membangun narasi yang tidak relevan dengan kondisi saat ini. Mengingat Presiden Jokowi dalam posisi baik-baik saja dalam menjalankan roda pemerintahan.
“Tidak perlu lagi dibela dengan cara yang tidak relevan. Lebih baik pasukan ini membela rakyat yang benar-benar membutuhkan dukungan,” kata pria yang karib disapa Deros tersebut dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Senin (16/9).
Deros menilai wacana apel akbar Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi menunjukkan gerakan ini cenderung menciptakan ketakutan fiktif. Pasalnya, hingga saat ini Sukodigdo Wardoyo yang disebut jadi koordinatornya pun tak pernah tampil di publik.
“Jika Sukodigdo adalah sosok nyata, mengapa tidak ada kejelasan mengenai keberadaannya? Coba pihak yang punya otoritas cek e-KTP ada enggak itu namanya? Kalau enggak ada bisa jadi dugaan fiktif,” kata Deros.
Apalagi, lanjut dia, narasi yang dibawa Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi terlihat seperti skenario politik untuk menciptakan ketegangan dan mengadu domba masyarakat.
“Sudah saatnya kita menatap ke depan dan melanjutkan apa yang baik dari pemerintahan Jokowi, serta memperbaiki apa yang kurang. Jangan biarkan politikus dan kelompok tertentu menambah keruh suasana dengan aksi-aksi yang tidak produktif,” tutup Deros.