HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan laju inflasi domestik pada September 2024 kembali meningkat, setelah tercatat adanya deflasi selama 2 bulan berturut-turut.
“Kami memprediksi inflasi YoY (year on year/secara tahunan) pada bulan September 2024 akan sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2024, yaitu pada kisaran 2,10 – 2,50 persen dan inflasi MtM (month to month/bulanan) rendah sebesar 0,05-0,1 persen,” tulis LPEM FEB UI dalam laporannya, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (8/9).
Mereka memproyeksi, pergerakan inflasi secara tahunan maupun bulanan akan lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan inflasi komponen harga bergejolak yang seharusnya memasuki teritori inflasi atau paling tidak mengalami penurunan deflasi di bulan
September.
“Dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM nonsubsidi juga diharapkan dapat mengambil andil dalam inflasi pada bulan September (2024),” tulis mereka.
Tak cuma itu, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI-7DRR pada Agustus 2024 yang sebesar 6,25 persen juga diyakini dapat menjaga inflasi tetap terkendali dalam sasaran, yakni di kisaran 1,5 – 3,5 persen.
Sebelumnya, Asisten Gubernur yang sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menyampaikan bahwa inflasi hingga September 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 1,5 – 3,5 persen.
Erwin mengatakan, Inflasi yang terjaga tersebut merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Hal itu, kata dia, dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025,” tukas Erwin dalam keterangannya.