HOLOPIS.COM, JAKARTA – Paus Fransiskus tiba dengan selamat di Jakarta Indonesia pada hari Selasa (3/9) dan disambut dengan hangat di Tanah Air. Kehadiran Paus Fransiskus atau Pope Francis menjadi momen yang penting untuk Indonesia, tak hanya kepada masyarakat beragama Katolik namun juga seluruh masyarakat sebagai simbol kerukunan dalam beragama.
Ini dia profil Paus Fransiskus, kepala Gereja Katolik yang saat ini menjadi tamu kenegaraan Indonesia.
- Nama: Jorge Mario Bergoglio
- Tanggal Lahir: 17 Desember 1936
- Tempat Lahir: Buenos Aires, Argentina
- Kewarganegaraan: Argentina dan Vatikan
- Instagram : franciscus
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Jorge Mario Bergoglio lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina. Sebelum memasuki panggilan religiusnya, Bergoglio menjalani berbagai pekerjaan, termasuk sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan.
Ia awalnya mengejar pendidikan di bidang kimia dan bekerja sebagai teknisi di laboratorium ilmu pangan. Namun, setelah sembuh dari penyakit pneumonia dan kista parah, Bergoglio merasa terinspirasi untuk bergabung dengan Ordo Yesuit pada tahun 1958.
Karier Gerejawi
Bergoglio ditahbiskan sebagai imam Katolik pada tahun 1969. Karier gerejawinya melesat cepat; pada tahun 1973 hingga 1979, ia menjadi pemimpin provinsi Yesuit di Argentina. Pada tahun 1998, ia diangkat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, dan pada tahun 2001, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Kardinal.
Pemilihan Sebagai Paus
Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 28 Februari 2013, sebuah konklaf kepausan memilih Bergoglio sebagai Paus pada 13 Maret 2013. Ia memilih nama Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kerendahan hati dan perhatian terhadap orang miskin.
Pendekatan Kepausan dan Reformasi
Paus Fransiskus dikenal karena gaya kepemimpinan yang kurang formal dibandingkan dengan pendahulunya. Ia memilih tinggal di Domus Sanctae Marthae, sebuah wisma di Vatikan, daripada di apartemen kepausan yang digunakan oleh Paus sebelumnya. Pendekatan ini mencerminkan kesederhanaan dan kerendahan hati yang menjadi ciri khasnya.
Kepausan Fransiskus juga ditandai dengan upayanya untuk membuka dialog dan menciptakan inklusi. Meskipun ia mempertahankan pandangan Gereja tentang penahbisan wanita sebagai imam, ia memulai diskusi tentang kemungkinan diakones dan menjadikan wanita anggota penuh dikasteri di Kuria Roma. Ia juga berpendapat bahwa Gereja harus lebih terbuka dan menyambut anggota komunitas LGBT, serta mendorong dekriminalisasi homoseksualitas di seluruh dunia.
Diplomasi Internasional dan Keterlibatan Global
Dalam diplomasi internasional, Paus Fransiskus telah memainkan peran penting dalam memperbaiki hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba. Ia juga mendukung penyebab pengungsian selama krisis migran Eropa dan Amerika Tengah, serta melakukan perjanjian dengan Tiongkok untuk menentukan pengaruh negara tersebut dalam penunjukan Uskup Katolik.