Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerhati telematika, multimedia, AI & OCB Independen, KRMT Roy Suryo menyarankan agar lembaga penyiaran tetap menampilkan adzan maghrib dengan suara bersamaan dengan kegiatan misa massal di SUGBK bersama Paus Fransiskus. Di mana dua tayangan tersebut disiarkan bersamaan.

Salah satu cara agar baik Adzan Maghrib dan kegiatan misa yang disiarkan bersamaan dapat berlangsung tanpa terhalang, Roy menyarankan agar lembaga penyiaran menggunakan teknik split-screen saja.

“Sebenarnya ada usulan cerdas untuk memanfaatkan teknologi penyiaran yang bisa dilakukan, yakni menggunakan sistem split-screen pada satu layar, di mana hal sejenis sudah sering dilakukan saat terdapat dua atau lebih sumber video yang harus ditayangkan di saat yang bersamaan,” kata Roy dalam keterangan tertulisnya yang diterima Holopis.com, Rabu (4/9).

Menurutnya, tayangan semacam ini masih lazim dilakukan, sehingga penonton yang sedang menyaksikan siaran televisi dapat memilih sendiri fokus mereka ke tayangan yang mana.

“Jadi pemirsa tinggal mengarahkan fokus perhatiannya saja kepada tayangan yang ingin dilihatnya,” ujarnya.

Lantas bagaimana dengan audio yang dikeluarkan dari dua tayangan berbeda itu. Roy memberikan saran agar dijalankan sistem bilingual yang dapat dipilih oleh pemirsa untuk menentukan audio kanan atau kiri yang difokuskan.

Bagi Roy, teknik elektro untuk audio semacam ini sangat memungkinkan dilakukan dalam mengakomodir kepentingan primordial yang sedang berdecak akhir-akhir ini tentang tayangan adzan dan misa massal.

“Khusus untuk audionya, besok bisa dipancarkan dengan sistem bilingual atau 2 suara yang bisa dipilih juga keluaran audionya oleh pemirsa, dengan menekan tombol audio pada remote TV atau Set-Top-Box Digitalnya dan memilih split saluran ‘Left’ atau ‘Right’ sesuai gambarnya,” tuturnya.

Walaupun kata Roy situasinya cukup repot, namun ini adalah solusi yang cukup ideal dilakukan tanpa mengurangi kualitas tayangan kedua program yang berbeda itu.

“Meski siaran menjadi monaural atau mono, namun tentu kualitasnya tetap baik dan keluar dari speaker kanan-kiri,” sambung Roy.

Ia berharap usulan yang disampaikan ini dapat diimplementasikan oleh lembaga penyiaran yang ada, sehingga tayangan adzan maghrib dan misa massal bersama Paus Fransiskus oleh umat Katolik dapat berjalan dengan beriringan.

“Sekedar usulan teknis saja untuk solusi saat penayangan Misa Paus Fransiskus yang bertepatan dengan waktu adzan magrib besok, daripada hanya menayangkan secara running-text saja,” tandasnya.

“Bagaimanapun adzan adalah panggilan untuk sholat yang lazimnya disuarakan dan bukan hanya di-running-text-kan tanpa suara,” tambah Roy.

Jika pun nantinya usulan ini tidak bisa dilaksanakan pada kegiatan tanggal 5 September 2024 itu, ia berharap apa yang disampaikan dapat menjadi pertimbangan untuk diimplementasikan di kegiatan lain.

“Jika bisa diterapkan Alhamdulillah, namun bila belum dimungkinkan diaplikasikan setidaknya menjadi wacana referensi bilamana kelak akan dimanfaatkan untuk even yang lain,” pungkas Roy.