JAKARTA, HOLOPIS.COM – Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) disebut oleh seorang mantan pejabat keamanan senior Arab Saudi, plbahwa MBS berbicara soal pembunuhan seorang Raja Saudi yang masih aktif menjabat sebelum ayahnya, Raja Salman.
Sebuah kesaksian di stasiun TV Kanada CBS, mantan intelijen yang bernama Saad Aljabri mengatakan MBS sempat berencana untuk membunuh Raja Abdullah dengan menggunakan sebuah cincin beracun. Cicin itu diproduksi di Negara Rusia.
“Putra mahkota, yang menjadi pewaris takhta dan penguasa de-facto empat tahun lalu, mengatakan pada saat itu memiliki “cin racun dari Rusia” bahwa bisa membunuh Abdullah dengan tangan,” ujarnya dikutip Strait Times, Selasa (26/10).
Ayah MBS, Raja Salman bin Abdulaziz, naik tahta setelah Raja Abdullah meninggal pada 2015 dan tetap menjadi penguasa resmi hingga saat ini. Akibat pengakuan ini. Riyadh bereaksi dengan menyebut Aljabri sebagai manusia penuh gangguan.
“Aljabri adalah mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan dengan sejarah panjang mengarang dan menciptakan gangguan untuk menyembunyikan kejahatan keuangan yang diduga dilakukannya,” tulis media itu lagi.
Aljabri adalah tangan kanan mantan putra mahkota dan menteri dalam negeri Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Nayef. Pangeran Muhammad diketahui juga sebagai rival dari MBS.
Setelah MBS naik tahta, Aljabri menetap di Kanada, di mana dia tinggal di pengasingan. Ia sendiri mengajukan gugatan federal di Washington pada tahun 2020 dengan menuduh MBS beroperasi di AS untuk melacaknya dan membunuhnya.
Aljabri menyebut MBS takut akan informasi yang dimilikinya. “Saya berharap akan meninggal suatu hari nanti karena orang ini tidak akan beristirahat sampai dia melihat saya mati,” kata Aljabri kepada CBS.
MBS sendiri menjabat sebagai pemimpin de facto Arab Saudi sejak 2017. Ia fokus pada pengembangan sumber pendapatan lain selain minyak, salah satunya pariwisata.
Negara ini mengalami perubahan di bawah MBS dengan sejumlah kebijakan baru mulai dari kota modern, izin konser hingga bikini di Arab Saudi.