JAKARTA, HOLOPIS.COM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis menyampaikan bahwa Negara Indonesia adalah sebuah karunia Tuhan kepada seluruh bangsa Indonesia. Begitu juga tentang keberadaan lembaga negara bernama Kementerian Agama (Kemenag).
Ia menegaskan bahwa Kemenag bukan hadiah negara kepada Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan berbasis agama, melainkan sebuah dedikasi negara untuk mengurus seluruh agama yang diakui berdasarkan konstitusi yang ada.
“Indonesia hadiah dari Allah untuk bangsa, dan Kementerian agama itu mengurusi semua agama bahkan kepercayaan. Bukan hadiah buat NU saja,” kata kiai Cholil Nafis, Minggu (24/10).
Kemudian, pengasuh pondok pesantren Cendekia Amanah Depok tersebut pun menegaskan, bahwa para pejuang kemerdekaan berjuang bukan hanya untuk kepentingan satu golongan saja, begitu juga dengan para santri dan ulama NU terdahulu.
“Soal tokoh-tokoh NU berjasa itu untuk bangsa bukan hanya untuk NU saja. Begitu saat Kiai Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad untuk semua golongan,” ujarnya.
Lebih lanjut, kiai Cholil Nafis memberikan garis bawah, tentang peran penting kalangan nahdliyyin yang banyak cawe-cawe terhadap Kementerian Agama. Menurutnya, peran besar tersebut tidak berarti membuat NU membuat kavling kekuasaan di Kementerian Agama. Karena kiprah nahdliyyin tersebut sejatinya didedikasikan untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia.
“Meskipun NU banyak bersentuhan dengan urusan Kementerian Agama tapi tak berarti harus dikuasai oleh NU. NU itu jam’iyah sedari dulu utk semua golongan,” tegasnya.
Ia menuturkan agar narasi kooptasi semacam itu tidak selalu muncul dan dirawat untuk menunjukkan eksklusifitas diri. Karena ia khawatir justru narasi semacam itu bisa mengikis rasa nasionalisme dan semangat kebinekaan di kalangan sesama bangsa Indonesia.
“Jika masing-masing golongan mengkavling kementerian dan lembaga negara maka semangat NKRI dan kebhinekaan akan sirna. Ojok ngasorake,” tutur kiai Cholil Nafis.
Gus Yaqut klaim Kemenag hadiah untuk NU
Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengungkap versi lain tentang asal-usul pembentukan Kementerian Agama pada awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Menurut Yaqut, selama ini ada perdebatan, terutama di kalangan internal Kementerian Agama, bahwa Kemenag dibentuk untuk kepentingan Umat Islam. Yaqut membantah pendapat tersebut.
Menurut Yaqut, Kementerian Agama ini justru hadiah negara untuk jam’iyah Nahdlatul Ulama atau NU dan bukan untuk umat Islam secara umum.
Pernyataan ini bermula, saat dirinya hendak mengganti tagline atau motto Kementerian Agama, yakni ikhlas beramal. Lalu salah seorang stafnya, menurut Yaqut, tidak setuju dengan ide perubahan tagline itu. Alasannya, karena Kemenag merupakan hadiah negara untuk umat Islam.
Yaqut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab menurutnya Kementerian Agama adalah hadiah dari negara untuk jamaah NU.
“Saya bantah, bukan itu, kementerian agama itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU,” katanya.
Hal itu diungkap Yaqut saat membuka Webinar Internasional Santri Membangun Negeri yang digelar Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan PBNU dalam rangka memperingati Hari Santri, yang disiarkan secara langsung di Kanal YouTube TVNU Televisi Nadhlatul Ulama pada 20 Oktober 2021.
Yaqut melanjutkan, lahirnya Kementerian Agama berkat keterlibatan NU dalam mencoret tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
“Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan tujuh kata dalam piagam Jakarta. Yang mengusulkan itu menjadi juru damai dari Nadhlatul Ulama kemudian lahir kementerian agama,” kata Yaqut.
Yaqut dalam pemaparannya mengungkapkan akan memaksimalkan Kementerian Agama untuk memberdayakan seluas-luasnya pesantren dan santri, salah satunya dengan membentuk Direktorat Jenderal Pesantren.
Menurut Yaqut, pesantren yang merupakan bagian dari NU, wajar jika dibuatkan Dirjen Pesantren.
“Kesempatan ini sekali lagi mari kita manfaatkan untuk kebaikan jam’iyah dan jamaah dengan begitu kita mampu mempersiapkan masa depan anak-anak kita, santri-santri kita untuk memenangkan pertarungan di masa depan,” katanya.