Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Network & IT Solution PT Telkom Indonesia, Herlan Wijanarko menyampaikan, bahwa data di pusat data nasional (PDN) yang telah terkena serangan ransomware tidak bisa di-recovery atau dipulihkan kembali.

Herlan mengaku pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penanganan, dengan menjalin kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hingga Bareskrim Polri.

“Kita sejak kejadian sampai dengan hari ini sudah diasistensi oleh BSSN dan kerja sama dengan semua yang terkait tentu dengan Kominfo, kemudian dengan para tenant kemudian dengan Bareskrim. Kita berusaha keras untuk melakukan recovery dengan resource yang kita miliki,” katanya, Rabu (28/6) seperti dikutip Holopis.com.

“Yang jelas data yang kena ransom ini sudah nggak bisa kita recovery. Jadi kita menggunakan sumber daya yang kita miliki,” tambah Herlan menegaskan.

Meskipun demikian, masih ada secerca harapan atas kejadian serangan Ransomware yang berakibat pada lumpuhnya pelayanan publik ini. Sebab, kata Herlan, pihaknya menemukan sejumlah penyewa atau tenant di PDN memiliki backup atau cadangan atas data mereka.

“Kita mengidentifikasi ada tenant-tenant yang memang sudah memiliki backup, di lokasi Surabaya maupun yang ada di lokasi Batam, jadi kira-kira 44 tenant,” kata dia.

Dengan adanya backup ini memungkinkan pihaknya untuk melakukan recovery. Pun saat ini, lanjut Herlan, pemulihan akan dilakukan pihaknya bersama sejumlah pihak dalam dua tahapan.

“Jadi ini kita menyesuaikan dengan recovery stage 1, jadi kontak, kemudian kita klarifikasi dengan para tenant dan mulai kita upayakan untuk bisa kita aktifkan layanannya, tentu melalui medium temporer, jadi kita punya 2 medium temporer di PDN 1 dan satu media lain yang kita siapkan untuk mengaktifkan,” tutur dia.

Herlan mengatakan, Telkom telah berkomunikasi dengan tenant yang terkena dampak. Telkom juga mengomunikasikan apakah tenant tersebut memiliki backup data atau tidak.

“Kita juga sudah mengontak seluruh tenant yang terdampak di PDNS 1, jadi kita kontak satu persatu kerja sama dengan Kominfo untuk memastikan apakah tenant memiliki backup di lokal atau tidak, termasuk situasi layanannya, dan ini sudah kita lakukan semua, hasilnya ada tenant yang memiliki backup, ada yang tidak, ada beberapa yang tidak aktif, dan ada beberapa yang belum bisa diverifikasi,” jelasnya.

“Nanti stage kedua kalau memang tidak ada backup, kita akan me-repeat ulang, kita siapkan environment yang baru sebagai pengganti PDNS 2 yang sudah kita kunci, kita set up ulang, kita implementasikan semua aspek security yang kita dapat dari BSSN melalui prosedur yang membuat ini lebih aman, baru kita pindah ke environment yang baru,” tandasnya.