HOLOPIS.COM, JAKARTA – Setidaknya sebanyak 12 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang tutup berjamaah pada awal tahun 2024 ini. Hal ini tentu membawa kekhawatiran terkait kondisi perekonomian di dalam negeri.
Namun Ketua Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memastikan, tutupnya 12 BPR tersebut bukan sebagai pertanda ekonomi sedang memburuk.
“5 (lima) bulan terakhir ini ada 12 BPR yang tutup, hal tersebut lebih banyak dari kelemahan manajemen atau adanya tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh para pengurus BPR,” terang Purbaya dalam konferensi pers, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (28/5).
Untuk mencegah adanya BPR yang kembali tumbang, Purbaya menegaskan, bahwa pihaknya akan terus memonitor kondisi seluruh BPR di Indonesia yang saat ini masih beroperasi.
Menurutnya, BPR yang tersebar di berbagai wilayah di Tanah Air sejauh ini masih terpantau dalam kondisi yang sehat.
“Kami secara teliti memantau secara berkala kondisi kesehatan BPR-BPR, untuk saat ini terpantau dalam kondisi sehat,” katanya.
Sebagai informasi, bahwa sampai dengan Mei 2024 ini masih ada sebanyak 1.562 BPR/BPRS yang beroperasi di seluruh Indonesia.
“Hal ini mengindikasikan masih banyak BPR yang sehat dan berperan dalam membantu perekonomian masyarakat dengan beragam inovasi produk yang menarik,” ujar Purbaya.
Namun ia memastikan, pihaknya ke depan akan selalu siap apabila nantinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyerahkan BPR kepada LPS, apabila ada BPR yang bermasalah.
Lebih lanjut, Purbaya mengimbau kepada perbankan yang tak hanya BPR agar transparan dan terbuka menyampaikan kepada para nasabah, terkait berbagai ketentuan yang ada.
Perbankan juga diimbau untuk selalu memperhatikan ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) simpanan yang dimaksudkan dalam rangka penghimpunan dana.
“Selanjutnya dalam menjalankan operasional, bank juga diminta tetap mematuhi pengaturan dan pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta ketentuan pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia,” pungkasnya.