HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia), KH Muhammad Cholil Nafis mengkritik soal sambutan yang dilakukan kepada 44 biksu thudong, di Masjid Baiturrohmah, Bengkal, Temanggung, Minggu (19/5).
Kehadiran para biksu thudong, mampir untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur.
Dalam unggahannya di akun Instagram @cholilnafis, Cholil mengatakan masjid seharusnya jadi tempat ibadah. Untuk menerima tamu, bisa dilakukan di ruangan lainnya.
“Ini kebablasan. Kalau mau terima tamu non muslim jangan di rumah ibadah. Kan masih ada ruangan pertemuan lain yang lebih tepat. Rumah masjid itu hanya utk ibadah umat muslim bukan untuk lainnya,” kata Cholil dalam akun Instagram resminya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (25/5).
Dalam tulisan, Cholil juga mengatakan setiap umat Islam harus menjaga toleransi dengan memberikan ruang bagi umat agama lain untuk beribadah.
Tapi, tidak boleh masuk dalam ranah akidah dan syariat agama lain, karena berpotensi menimbulkan penistaan dan penghinaan agama.
“Batasan toleransi beragama tidak masuk ke dalam ranah akidah dan syariat agama lain karena berpotensi terjadi penistaan dan penghinaan agama..Bismillah,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Temanggung, Fatchur Rochman menjelaskan pihak panitia biksu thudong telah berkirim surat izin sebelumnya untuk mampir beristirahat.
Saat para biksu tiba, pihak masjid dan masyarakat sekitar memutuskan untuk menyediakan berbagai minuman dan camilan.
Fatchur membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada acara ibadah bersama.
“Jadi yang dari sana [para biksu] itu merasa bahagia, merasa terharu, terus merasa berterima kasih, terus mendoakan masyarakat sini. Mendoakan dengan cara mereka. Nah, mungkin kalau orang yang enggak tahu, itu dikira ibadah. Intinya bukan ibadah,” tegas Fatchur.