HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati membawa kabar buruk sepulang dari kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri pertemuan G20 dan IMF-World Bank Spring Meeting pada minggu lalu.
Sebab dalam pertemuan tersebut, disebutkan Sri Mulyani, bahwa para pembuat kebijakan tengah berfokus pada kondisi outlook global dan risiko ekonomi global.
“Ini artinya dari sisi situasi, kondisi, mood dan fokus dari para pembuat kebijakan di bidang keuangan negara dan moneter sangat tersita oleh down side risk atau risiko yang besar dari perekonomian global,” katanya dalam Konferensi pers APBN KiTa yang dikutip Holopis.com, Jumat (26/4).
Risiko tersebut berasal dari sejumlah hal, dimana salah satunya yakni terkait eskalasi tensi geopolitik terutama konflik di Timur Tengah. Kemudian adanya proyeksi bahwa Bank Sentral AS, The Fed tidak menurunkan suku bunga acuan secara cepat juga memicu risiko global.
“Ini menimbulkan gejolak pasar modal, pasar uang dan arus modal terutama nilai tukar, capital outflow terjadi di semua negara, baik emerging maupun advance di luar Amerika,” katanya.
“Ini mempengaruhi dolar indeks yang menguat, nilai tukar mata uang lain menjadi lebih lemah atau terkoreksi, hingga suku bunga lebih tinggi dan capital outflow dan nilai tukar menjadi fokus pembahasan yang sangat besar,” imbuhnya.
Sri Mulyani mengatakan, banyak negara berkembang di G20 situasi APBN-nya tidak baik. Sebab, defisit dan rasio utangnya sudah tinggi akibat pandemi dan berbagai kebijakan mereka.
“Sehingga situasi dengan nilai tukar yang terkoreksi dalam, plus suku bunga tinggi di banyak negara termasuk negara-negara emerging G20 sangat memberatkan fiskal mereka, cost of borrowing mereka meningkat. Ini yang tentu menjadi tema yang menyerap perhatian terbesar dari menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral,” ujarnya.