HOLOPIS.COM, JAKARTA – Konflik di Timur Tengah yang memanas pasca serangan balasan Iran-Israel yang terjadi beberapa waktu lalu memicu kekhawatiran terhadap perekonomian nasional, utamanya terkait perdagangan Indonesia.
Namun Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan, bahwa kedua negara yang sedang berkonflik tersebut bukanlah mitra dagang utama Indonesia. Hal itu sebagaimana disampaikan Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.
“Yang ingin saya garis bawahi secara umum dapat disimpulkan nilai perdagangan Indonesia dengan Iran-Israel relatif kecil keduanya bukan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Timur Tengah,” tegas Amalia dalam konferensi pers, Senin (22/4) yang dikutip Holopis.com.
Amalia menuturkan, nilai ekspor Indonesia ke Iran sepanjang tahun 2023 hanya sebesar US$ 195,13 juta, atau kira-kira 2,15 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Sementara nilai impor Indonesia ke Iran mencapai US$ 11,72 juta atau 0,12 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Timur Tengah.
“Dengan demikian Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Iran US$ 183,41 juta,” tandasnya.
Terdapat tiga komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Iran, yakni buah-buahan, kendaraan dan bagannya, serta berbagai produk kimia. Sedangkan untuk komoditas impor utama Iran ke Indonesia adalah buah-buahan, bahan bakar mineral dan bahan kimia organik.
Sementara dengan Israel, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 165,77 juta pada 2023. Nilai ini setara dengan 1,83 persen ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Kemudian, impor Israel ke Indonesia mencapai US$ 21,93 juta atau 0,22 persen dari impor Indonesia asal Timur Tengah.