JAKARTA, HOLOPIS.COM Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban tampaknya menjadi salah satu pihak yang tidak sependapat dengan hadirnya Partai Buruh yang dideklarasikan oleh sahabat-sahabatnya itu, termasuk Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KPSI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).

Elly mengungkapkan, bahwa Partai Buruh sebenarnya memiliki prospek yang suram jika dipaksakan untuk dikibarkan di Indonesia. Sebab, dalam banyak sejarah, pendirian Partai Buruh sering berakhir dengan kisah pilu.

“Karena kebanyakan berpikir akan sukses dengan jumlah potensi suara pekerja yang masif,” ingat Elly dalam keterangannya beberapa waktu yang lalu.

Diungkapkan Elly, kehebatan Labour Party di Inggris, Australia, Wales, New Zealand, terjadi karena kekhasan kelompok commonwealth countries. Sedangkan situasi tersebut tidak bisa dialami negara lainnya, kecuali Norwegia, Israel, Brasil dengan Partido Trabalhista yang memiliki kaum kiri yang banyak.

“Itulah sebabnya di luar negara-negara ini, umumnya Partai Buruh gagal total,” sebutnya.

Analisa suramnya masa depan Partai Buruh di Indonesia

Elly mengingatkan, mendirikan Partai Buruh tidak cukup dengan modal angka data statistik jumlah buruh yang tahun ini berjumlah 128 juta. Atau hanya karena ketidakpuasan politik, apalagi romantisme aktivis buruh.

Dari pengalaman sejarah Partai Buruh, inilah prasyarat Partai Buruh di negara lain sukses, sementara di negara lainnya banyak gagal.

Pertama, papar Elly, saat Labour Party di Inggris, Australia, Austria, New Zeland didirikan, jumlah buruh yang menjadi anggota serikat buruh (trade union density) sudah 35 persen dari keseluruhan buruh nasional.

Bandingkan dengan Indonesia yang hanya 2,7 juta hanya 2 persen dari total pekerja. Ini menjadi parameter penting karena sebagai basis potensi pemilih.

“Untuk angka threshold partai politik saja jumlah 2,7 juta ini tidak cukup. Padahal belum tentu semua memilih Partai Buruh,” sebutnya.