HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kondisi negara Haiti saat ini sedang tidak baik-baik saja, bahkan geng bersenjata yang disebut sebagai pemberontak pemerintahan semakin kokoh usai dengan seporadis dengan menyerbu penjara di Port-au-Prince.
Dikutip Holopis.com dari BBC, geng bersenjata yang ingin melengserkan pemerintahan tersebut dikabarkan telah memperlebar teritorial kekuasaannya dan telah menguasai sebagian besar wilayah Port-au-Prince.
Pemerintah Haiti pun kabarnya telah mengumumkan keadaan darurat nasional dalam 72 jam pada Minggu (3/3) lalu. Hal itu terjadi selepas geng bersenjata tersebut melakukan aksi penyerbuan di penjara Port-au-Prince.
Dari insiden itu, disebut bahwa sebanyak 12 orang meninggal dunia dan setidaknya 3.700 tahanan melarikan diri.
Ada pun maksud dari geng bersenjata melakukan aksi-aksi tersebut yakni ingin bahwa Perdana Menteri (PM) Ariel Henry mundur dari kursi jabatannya sebagai pemimpin negara Haiti.
Di sisi lain, sebelumnya pemerintah Haiti mengonfirmasi bahwa ada dua penjara yang telah diserbu juga oleh geng bersenjata tersebut, pertama di ibu kota dan satunya lagi di Croix des Bouquets, dimana keduanya diserbu akhir pekan lalu.
Jauh sebelum itu, geng bersenjata melakukan serangan terhadap kantor kepolisian setempat, yang kabarnya berhasil mengalihkan fokus pihak berwenang.
Sebagai informasi tambahan, kerusuhan di negara Haiti tersebut awal mulanya terjadi pada Kamis (29/2) lalu.
Kerusuhan itu terjadi bertepatan dengan agenda PM Ariel Henry yang berkunjung ke luar negeri, tepatnya ke Nairobi, dengan tujuan pembahasan pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti itu sendiri.
Tak disebutkan secara pasti nama geng bersenjata yang mencoba menggulingkan pemerintahan tersebut, namun tujuannya telah dikonfirmasi oleh pemimpin geng itu sendiri yakni Jimmy Cherizier.
“Kita semua, kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, bersatu,” ucapnya.
Hingga kini, kerusuhan di Haiti masih mengguncang Haiti, bahkan sejumlah desakan dari para pemimpin dunia telah berkumandang.
Bahkan, Haiti saat ini dihadapkan dengan ancaman perang saudara apabila PM Ariel Henry tidak mundur dari jabatannya.