HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengakui, bahwa harga beras di Indonesia memang lebih mahal dari negara tentangga, salah satunya yakni Singapura.

Tito menyebut, alasan utama yang membuat harga beras di Singapura lebih murah yakni, karena Singapura bukan merupakan negara produsen pangan. Sehingga strategi penetapan harganya tentu berbeda dengan Indonesia.

“Dia (Singapura) enggak punya pangan, enggak menghasilkan pangan apa pun, semuanya impor jadi strateginya beda,” ujar Tito dalam keterangannya, Senin (4/3) yang dikutip Holopis.com.

Sebagai informasi, Harga beras Singapura di tingkat eceran saat ini tercatat 1,06 dolar Singapura per kilogram (kg) atau sekitar Rp12.324 per kg. Bahkan untuk grosirnya, harganya sebesar 0,48 dolar Singapura per kg atau Rp8.580 per kg.

Tito lantas menjelaskan, bahwa strategi Singapura karena bukan sebagai negara produsen, tentu akan menerapkan harga yang serendah-rendahnya.

Berbeda dengan Indonesia yang berperan sebagai negara produsen, pemerintah harus menyeimbangkan harga di tingkat konsumen dan juga produsen.

Pemerintah pun tidak dapat sewenang-wenang mendatangkan beras impor agar tak berujung merugikan petani dalam negeri. Namun di sisi lain, ada kondisi dimana harga beras yang tinggi juatru merugikan masyarakat selaku konsumen.

“Kalau (Indonesia) kita enggak, kalau murah sekali, kasihan petani dan penghasil lainnya, termasuk pengusaha yang juga memproduksi,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Tito, saat ini pemerintah terus berupaya mencari keseimbangan harga beras yang adil antara produsen dan konsumen, sehingga keduanya sama-sama bisa diuntungkan.

“Kita harus menyeimbangkan kedua-duanya,” tandasnya.