JAKARTA, HOLOPIS.COMMenteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, bahwa Pancasila adalah sebuah kesepakatan antar seluruh bangsa Indonesia untuk bersatu dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan.

Dengan makna itu, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang karib disapa Gus Yaqut itu mengatakan, bahwa berbagai perbedaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, mulai dari suku, ras, agama, etnis dan antar golongan bisa bersatu padu dalam bingkai keindonesiaan.

“Pancasila adalah kalimatun sawa’ penyatu keragaman etnis, ras, budaya dan agama yang menjadikan negara besar bernama Indonesia,” kata Gus Yaqut, Jumat (1/10).

Ia pun mengucapkan hari Kesaktian Pancasila yang diperingati Indonesia setiap tanggal 1 Oktober itu.

“Selamat Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2021,” pungkasnya.

Perlu diketahui, bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini bermula pada masa awal Order Baru. Pada 29 September 1966 Soeharto mengeluarkan keputusan Kep/B/134/1966. Isinya, agar pada 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila oleh seluruh angkatan bersenjata dengan melibatkan masyarakat.

Kebijakan Presiden Soeharto tersebut bertahan hingga reformasi. Namun, Megawati Soekarnoputri tak pernah hadir dalam peringatan itu selama menjadi Presiden RI (2001-2004).

Kemudian, peringatan Hari Kesaktian Pancasila ‘hidup’ lagi pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga sekarang.

Peristiwa singkat hari kesaktian pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya.

Akan tetapi, otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965-1966.

Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta beberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta.

Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.