HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonomi Jepang telah resmi tergelincir ke dalam jurang resesi, yang membuat negara yang dikenal dengan julukan Negeri Sakura itu terdepak dari daftar tiga besar ekonomi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Jepang secara tidak terduga mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut, dimana secara teknikal kondisi ini dapat dikatakan resesi teknis.
Adapun kontraksi ini dipicu oleh lemahnya permintaan domestik, sehingga meningkatkan ketidakpastian rencana Bank of Japan (BoJ) untuk melonggarkan kebijakannya pada tahun 2024 ini.
Adapun pemerintah Jepang mencatat, Produk domestik bruto (PDB) turun 0,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Oktober-Desember 2023. Kemudian pada kuartal sebelumnya PDB Jepang turun 3,3 persen yoy.
Angka ini berbalik arah dengan prakiraan para ekonom yang memprakirakan rata pertumbuhan ekonomi Jepang naik sebesar 1,4 persen. Sedangkan secara triwulanan, prakiraan mediannya naik 0,3 persen.
Adapun untuk data konsumsi swasta menurut data pemerintah Jepang turun sebesar 0,2 persen. Angka ini berbanding terbalik dengan proyeksi para ekonom yang memprediksi akan ada kenaikan 0,1 persen.
Padahal, konsumsi swasta sendiri mencakup lebih dari separuh aktivitas ekonomi. Sedangkan belanja modal, mesin pertumbuhan utama sektor swasta lainnya, turun 0,1 persen. Berbanding terbalik dengan prediksi yang mengatakan ada kenaikan 0,3 persen.
Permintaan eksternal, atau yang dalam hal ini adalah nilai ekspor dikurangi nilai impor, menyumbang 0,2 poin persentase terhadap PDB, karena ekspor naik 2,6 persen dari kuartal sebelumnya.