TORAJA UTARA, HOLOPIS.COM – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo kembali dilaksanakan secara virtual di Toraja Utara, Sulawesi Selatan (24/9).

Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema “Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital” ini diikuti oleh 573 peserta dari berbagai kalangan umur dan profesi.

Empat orang narasumber yang tampil dalam seminar kali ini adalah dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) dan anggota Japelidi, Ade Irma Sukmawati; Kepala Balitbang Kementerian Agama Makassar, Saprillah; Ketua Sekolah Tinggi Theologia INTIM Makassar, Pdt. Lidya K. Tandirerung; serta dosen Pancasila dan Religion Universitas Ciputra, Aan Anshori. Sedangkan moderator yaitu Febrina Stevani. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Berikutnya, hadir sebagai pembuka sesi materi adalah Ade Irma Sukmawati yang menyampaikan tema “Partisipasi Baik dalam Ruang Digital”. Menurut Ade, selain bisa mengoperasikan perangkat, warganet juga harus mampu mengoptimalkan penggunaannya sehingga bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Misalnya, memverifikasi informasi yang diterima di media sosial, melaporkan hal-hal negatif kepada penyelenggara platform, serta berpikir bijak sebelum mengunggah konten. “Fitur dalam aplikasi dapat dioptimalkan penggunaannya, baik untuk mengatasi kendala maupun melindungi keamanan data pribadi,” imbuhnya.

Selanjutnya, Saprillah menyampaikan paparan berjudul “Hate Speech, Identifikasi Konten dan Regulasi yang Berlaku”. Ia mengatakan, warganet harus menyadari bahwa ruang digital merupakan ruang bersama dan bukan ruang untuk monopoli kebenaran. Sehingga, warganet harus membiasakan diri untuk menyaring setiap informasi yang hendak dibagikan di linimasa media sosial sekaligus menghindari ujaran kebencian. “Para pegiat sosial juga harus bersedia membangun dialektika agar tidak terjebak dalam perangkap post-truth,” tutur dia.

Pemateri ketiga, Lidya Tandirerung, memaparkan materi bertema “Memahami Batasan dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurut dia, beberapa tantangan budaya yang terjadi di era digital, antara lain literasi pengguna yang belum memadai dalam menghadapi dampak negatif, derasnya arus informasi di ruang publik, serta kesulitan penetapan hak cipta atas teks atau konten di internet.

Di sisi lain, digitalisasi justru membuka peluang seperti kesempatan yang setara bagi warganet untuk menampilkan konten, pilihan konten yang beragam, serta ruang demokrasi yang kian terbuka untuk penyampaian pesan konstruktif. “Dalam dunia digital, media tidak lagi dikaitkan dalam batasan geografis,” ujarnya.

Adapun Aan Anshori, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Aman dan Nyaman di Internet, Mungkinkah?”. Ia mengatakan, dunia maya sejatinya sama saja seperti kehidupan dunia nyata, meskipun berinteraksi secara non fisik, namun pada hakikatnya senyata bertemu secara fisik. “Semakin ingin aman, biasanya kita tidak bisa nyaman. Contohnya dalam gawai, kalau ingin aman ya harus mau membuka kunci dan password beberapa kali,” jelasnya.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Febrina S. Para peserta tampak antusias dalam mengirimkan pertanyaan. Sebagai apresiasi, panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Dadang Salehuddin, salah seorang peserta webinar, bertanya tentang banyaknya anak-anak yang kerap menonton Youtube dengan konten kreator yang kerap berkata kasar. Menanggapi hal tersebut, Ade Irma Sukmawati bilang, orang tua perlu melindungi anaknya dari akses tontonan yang berbahaya dengan mengatur filter secara ketat. “Orang tua juga dapat melaporkan akun Youtube yang berbahaya bagi anak-anak,” imbuhnya.

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.