HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diproyeksi bakal menahan suku bunga acuannya di angka 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 Januari 2024.

Menurut Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky, keputusan BI menahan suku bunga acuan dikuatkan dengan tingkat inflasi pada periode Desember 2023 yang terbilang cukup terkendali, di tengah kondisi ketidakpastian karena adanya El-Nino. .

“BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakan pada 6 bulan ini,” ucap Teuku Riefky dalam laporan analisisnya yang dikutip Holopis.com, Rabu (17/1).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi inflasi 2023 jauh di bawah angka inflasi 2022 yang tercatat sebesar 5,51 persen secara tahunan atau year on year (yoy) akibat lonjakan harga komoditas dan energi.

Sebelum 2022, inflasi sepanjang tahun selalu lebih rendah dari batas bawah kisaran target BI sebesar 2 persen, seiring dengan melemahnya permintaan agregat selama pandemi Covid-19.

Secara keseluruhan, inflasi Indonesia selama 2023 menunjukkan tren penurunan dan mampu dijaga dalam kisaran target BI.

“Menimbang capaian di 2023, kami optimis pemerintah dan BI memiliki kapasitas yang cukup untuk mencapai target inflasi tahun 2024,” kata Riefky.

Kemudian dari sisi eksternal, keyakinannya bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuannya terlihat dari bagaimana kinerja perdagangan Indonesia yang secara konsisten mencatatkan surplus sepanjang tahun 2023 dan tercatat surplus sebesar US$ 3,3 miliar di Desember 2023.

Kemudian untuk mata uang rupiah, performanya masih relatif baik jika dibanding dengan mata uang negara berkembang lainnya. Walapun di dua minggu pertama 2024, terdapat adanya pelemahan.

Kemudian dari sisi arus modal dalam beberapa pekan terakhir, terdapat arus modal masuk ke Indonesia. Hingga pekan kedua Januari, akumulasi arus modal masuk mencapai US$ 0,97 miliar sejak pertengahan Desember.

Perlambatan arus modal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga negara berkembang lainnya. Hal itu karena sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan investor yang meyakini probabilitas the Fed memotong suku bunga acuannya di kuartal I-2024 mencapai sekitar 70 persen, walaupun terjadi kenaikan inflasi AS di Desember 2023.

“Perlambatan aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagian dipengaruhi oleh pandangan investor yang meyakini probabilitas the Fed memotong suku bunga acuannya di kuartal I-2024 mencapai sekitar 70 persen,” terang Riefky.