PARIGI, HOLOPIS.COM – Ujaran kebencian kerap ditemukan di dunia maya. Ujaran kebencian (hate speech) merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang berupa hinaan, provokasi, maupun perkataan buruk. Banyak masyarakat atau pengguna internet terpengaruh dan terpancing untuk melakukan hate speech dan komentar negatif.
Untuk itu, Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” mengadakan webinar dengan tema “Jangan Asal Komentar, Kikis Ujaran Kebencian” di Parigi, Sulawesi Tengah (20/9). Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo. Adapun kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi.
Kegiatan kali ini dimoderatori oleh Erna Virnia dan menghadirkan empat narasumber, yaitu pegiat literasi jurnalistik, Fauzi Lamboka; pemengaruh (influencer), Hafiid Pratama; penulis, Kartini Nainggolan; dan dosen Universitas Tadulako, Hajra Rasmita Ngemba. Pada kegiatan kali ini diikuti oleh 843 peserta dari berbagai kalangan. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 peserta.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Selanjutnya, narasumber Fauzi Lamboka membuka sesi materi dengan membawakan tema “Internet Positif, Aman, dan Kreatif”.
Menurut Fauzi, kecanggihan internet harus dimanfaatkan warganet, misalnya untuk mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan, serta menjalin pertemanan di jejaring sosial. Selain itu, internet juga dapat berguna kegiatan ekonomi dan bisnis, membantu dunia pendidikan, mendukung kegiatan pemerintahan, dan sarana hiburan. “Mem-posting sesuatu saat emosi atau membagikan foto yang tidak pantas dapat menghancurkan masa depan diri sendiri,” ujarnya.
Berikutnya, Hafiid Pratama menyampaikan paparan berjudul “Konten Digital, Apa yang Boleh dan Apa yang Tidak Boleh”. Ia mengatakan, pelanggaran etika dan hukum yang kerap terjadi pada warganet asal Indonesia, antara lain menyebarkan berita bohong, kasus perundungan, serta penipuan daring.
Selain itu, dampak negatif dominasi internet dalam kehidupan manusia membuat banyak orang kurang peduli dengan lingkungan sekitar. “Di internet diberikan kebebasan berekspresi, namun, kebebasan tersebut dibatasi kebebasan orang lain,” jelas dia.
Pemateri ketiga, Kartini Nainggolan, memaparkan materi bertema “Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar di Dunia Digital”. Menurut dia, perkembangan bahasa di media sosial saat ini sangat rentan terjadi multitafsir, sehingga warganet harus cermat dalam memilih kata yang tepat untuk menghindari jeratan hukum akibat salah penafsiran. “Sekarang juga sudah muncul istilah-istilah baru yang konotasinya negatif, tetapi cenderung disukai generasi millenial,” terangnya.
Hajra Rasmita, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, jejak digital akan membekas pada perangkat pengguna sekaligus tersimpan di data perusahaan internet.
Jejak digital tersebut mampu mendeskripsikan siapa seseorang, dipergunakan perusahaan internet untuk kepentingan iklan, bahkan perekrutan karyawan juga mempertimbangkan rekam jejak digital seseorang. “Sekali masuk di internet, jejak digital mudah tersebar dan sulit dihilangkan,” imbuh dia.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, Erna Virnia sebagai moderator memandu sesi tanya jawab yang disambut hangat oleh para peserta. Salah seorang peserta, Jagat Anugrah, bertanya tentang kebocoran data dari perusahaan-perusahaan penyedia layanan internet, dan bagaimana mengantisipasinya.
Menanggapi hal tersebut, Hajra Rasmita mengatakan bahwa setiap perusahaan memiliki prosedur keamanan data dengan konsekuensi hukum yang berlaku, namun, yang paling penting adalah literasi digital warganet terkait keamanan data pribadi dan jangan mudah menyebarkannya di internet.
Webinar literasi digital ini mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan edukatif. Dalam kegiatan di Parigi kali ini, panitia menyediakan hadiah berupa uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.