Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membagikan resep bagaimana cara membangun ekonomi Indonesia agar bisa terus bertumbuh.

Menurutnya, resep alias ramuan dalam membangun perekonomian di setiap tahunnya akan berbeda. Sebab, terdapat hal-hal tak terduga terjadi mengganggu rencana pembangunan ekonomi.

Dia mencontohkan saat pandemi Covid-19 muncul di tahun 2020 lalu, dimana saat itu perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah disusun sedemikian rupa. Namun arah kebijakan harus diubah karena adanya pandemi yang memukul perekonomian nasional.

Setelah pandemi, masalah baru yang menggangu perekonomian kembali muncul. Masalah tersebut yakni perang Rusia-Ukraina. Sri Mulyani pun menyebut, dua contoh itu adalah situasi yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.

Di tengah kondisi tersebut, Sri Mulyani menegaskan, bahwa para calon presiden (capres) yang nantinya akan menjadi penentu kebijakan ekonomi harus bisa meracik resep batu.

“Kalau (kita punya) restoran, kita nggak boleh bilang resepnya sama. Nanti customer enggak senang. Tapi kita ubah sedikit namanya,” kata Sri Mulyani dalam acara Economic Outlook 2024 yang dikutip Holopis.com, Sabtu (23/12).

Bendahara negara itu pun menuturkan, bahwa perubahan resep di dalam dunia ekonomi merupakan hal yang wajar terjadi. Misalnya dengan memberikan insentif, sebagaimana yang dilakukam pemerintah selama ini untuk mendorong perekonomian perekonomian di tengah berbagai tekanan yang ada.

“Jadi pasti ada perubahan dari beberapa insentif kita modified, kalau cash transfer untuk menengah bawah middle income kita support dari sisi consumption, investasi kita dengan berbagai insentif untuk perkuat fundamental kita,” tuturnya.

Adapun untuk membangun perekonomian Indonesia, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengaku mempunyai resep sendiri dalam membangun perekonomian negara yang kuat. salah satunya yakni dengan menggenjot produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Selain produktivitas SDM, dari sisi infrastruktur juga harus dibangun. Sebab kondisi Indonesia di kedua sektor ini yang menurut Sri Mulyani masih lemah.

“Gap infrastruktur dengan negara lain masih sangat jauh, sehingga perlu terus dibangun,” tegasnya.

Sri Mulyani menuturkan, bahwa untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur, Indonesia membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar, mengingat anggaran yang dimilki masih terbatas. Begitu pun dengan peningkatan produktivitas SDM.

“Jadi kalau kita struktural fundamental, maka investment harus terus dilakukan,” jelasnya.

Panjangnya waktu yang dibutuhkan tersebut, para pemangku kebijakan diharapkan bisa menjaga siklus perekonomian yang ada.

“Kalau siklus kita tidak dijaga, akan bahaya karena ekonomi tak bisa seperti jalan tol yang lurus terus, selalu ada shock yang mengubah arah kebijakan,” terangnya.

“Jadi kita harus waspadai kondisi ini, termasuk ekonomi dunia dalam menjaga perekonomian,” pungkasnya.