HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Natal dan sosok pria tua berjenggot panjang dan suka memberi kado alias Sinterklas, memang sudah tidak bisa dipisahkan lagi. Banyak yang belum mengetahui bagaimana sih sejarahnya Sinterklas menjadi lambang perayaan Hari Natal.

Ternyata ada kisah unik yang harus diketahui bagi yang merayakan natal, maupun yang suka mengetahui banyak hal baru.

Cerita tentang Sinterklas atau Santa Claus memiliki akar yang melibatkan tokoh-tokoh sejarah dan mitos, dan seiring waktu, berbagai unsur ini bergabung untuk membentuk karakter modern yang kita kenal tersebut hingga hari ini.

Beberapa elemen dalam cerita Santa Claus melibatkan Saint Nicholas (Sinterklaas dalam bahasa Belanda), seorang uskup abad ke-4 dari kota Myra di wilayah yang sekarang merupakan bagian dari Turki.

Saint Nicholas (Sinterklaas)

Saint Nicholas hidup pada abad ke-4 Masehi dan dikenal sebagai pelindung anak-anak, pelaut, dan orang miskin.

Dia dikenal karena kebaikannya, termasuk memberikan hadiah kepada anak-anak yang membutuhkan.

Setelah Reformasi Protestan di Eropa, penghormatan terhadap orang kudus dan santo menurun. Namun, di Belanda, tradisi Sinterklaas tetap hidup.

Cerita-cerita tentang Sinterklaas yang memberikan hadiah kepada anak-anak pada malam 5 Desember, yang merupakan hari peringatan kematian Saint Nicholas. Hari tersebut kemudian menjadi sangat populer.

Migrasi ke Amerika

Selama kolonisasi Belanda di Amerika Utara, tradisi Sinterklaas ikut dibawa. Di Amerika Serikat, pengaruh budaya dan tradisi dari berbagai kelompok etnis berkontribusi pada perkembangan karakter Santa Claus.

Kemudian di tahun 1823, Clement Clarke Moore menulis puisi berjudul “A Visit from St. Nicholas,” yang lebih dikenal sebagai “The Night Before Christmas.” Puisi ini memberikan gambaran tentang Sinterklaas atau Santa Claus sebagai tokoh yang gemuk dan gembira, dengan kereta luncur terbang dan kudanya yang diberi nama “Rudolph.

Sosok lainnya yang turut andil dalam semakin mempopulerkan Sinterklasas adalah kartunis Amerika, Thomas Nast. Ia memainkan peran besar dalam membentuk gambaran visual Santa Claus.

Nast menggambarkan Santa Claus sebagai sosok yang bersahaja dan gemuk, dengan pakaian merah dan putih, serta kereta luncur terbang.

Hal itu semakin diperkuat ketika pada awal abad ke-20, perusahaan minuman ringan Coca-Cola berkontribusi pada citra Santa Claus dengan kampanye periklanan yang menampilkan Santa dalam pakaian merah dan putih yang khas.

Akhirnya, melalui proses ini dan banyak kontribusi kreatif dari penulis, seniman, dan perusahaan periklanan untuk membuat Sinterklaas menjadi sosok yang sangat signifikan saat merayakan libur natal. Citra Santa Claus yang ramah, gemuk, dan bersahaja sebagai tokoh pembawa hadiah Natal telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Natal di banyak budaya di seluruh dunia.