HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan bahwa dirinya telah menghadiri pertemuan Khusus Executive Board WHO yang membahas situasi di Gaza Palestina di Jenewa, Swiss.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno menyebut kondisi fasilitas kesehatan di Gaza sangat memprihatinkan pasca Israel melakukan serangan besar kepada Gaza terjadi, sehingga sangat perlu adanya campur tangan organisasi dunia dalam membantu kondisi Gaza saat ini.
“Penting bagi Indonesia untuk hadir agar dapat langsung berkontribusi, mendesak pentingnya perbaikan fasilitas kesehatan, perlindungan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan. Termasuk tentunya di sini fasilitas kesehatan Rumah Sakit Indonesia,” kata Retno dalam tayangan YouTube Kemlu RI, Senin (11/12) seperti dikutip Holopis.com.
Kemudian, Retno juga menyebut bahwa situasi fasilitas kesehatan di Gaza sudah sangat memprihatinkan. Saat ini hanya 13 rumah sakit yang masih beroperasi dengan kapasitas lebih hingga 3 kali lipat.
“Situasi fasilitas kesehatan di Gaza sangat memprihatinkan. Dari 36 rumah sakit hanya 13 yang masih beroperasi dan semuanya kelebihan kapasitas hingga 2-3 kali lipat,” tutur dia.
Selanjutnya, wanita kelahiran Semarang dan lulusan S-2 Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belanda tersebut menambahkan, bahwa ada sebanyak 71 persen fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza tidak berfungsi. Serta perlengkapan medis, obat-obatan, makanan, air bersih, bensin hingga listrik semakin terbatas.
“Ratusan pekerja medis telah terbunuh semenjak Israel menyerang Gaza. WHO melaporkan penyebaran penyakit menular semakin tinggi, hampir 130 ribu kasus infeksi pernafasan akut, lebih dari 94 ribu kasus diare, hingga lebih dari 2700 kasus chickenpox,” tutur dia.
Dalam pertemuan itu, Retno menyampaikan bahwa Gaza saat ini berada di bawah kepungan. Situasi di Gaza, kata dia, seperti di neraka.
“Saya sampaikan bahwa Gaza saat ini di bawah kepungan. Israel telah mengubah Gaza menjadi seperti neraka. Jumlah orang yang meninggal terus meningkat. Rumah Sakit mengalami gempuran hebat, termasuk RS Indonesia yang dipaksa berhenti beroperasi pada 16 November lalu,” katanya.
Retno juga menyinggung pemindahan suplai medis yang dilakukan oleh Israel ke yang lebih kecil adalah pelanggaran berat hukum internasional.
“Perintah Israel Defence Force (IDF) agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke Gudang yang lebih kecil di Rafah merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan hak asasi manusia,” tutur dia.
Oleh sebab itu, Retno pun memperingatkan kepada pemerintah Israel untuk patuh pada hukum kemanusiaan internasional.
“Hukum humaniter internasional harus dihormati dan ditegakkan,” tegas Retno.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Executive Board adalah organ eksekutif WHO di bawah World Health Assembly yang beranggotakan 34 negara. Dia menyebut Indonesia terakhir menjadi anggota Executive Board WHO pada 2018-2021.