HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Pria Internasional yang diperingati setiap 19 November ternyata bermula dari sebuah negara Trinidad dan Tobago sejak beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 1999.

Padahal, sejak tahun 1923, beberapa pria sudah menuntut agar tanggal 23 Februari agar dirayakan sebagai hari pria internasional. Namun, upaya tersebut kemudian tidak banyak membuahkan hasil.

Lalu pada tahun 1968, jurnalis asal Amerika Serikat, John P. Harris, menulis sebuah artikel tentang sistem Soviet yang tidak seimbang. Sistem tersebut merayakan hari wanita, namun tidak ada hari yang dirayakan untuk pria.

Momentum peringatan hari itu pun baru terselenggara pada 19 November 1999, dimana masyarakat Trinidad dan Tobago akhirnya merayakan Hari Pria Internasional untuk pertama kalinya.

Seorang dosen sejarah dari University of the West Indies, Dr. Jerome Teelucksingh pengusung hari pria dan memberikan kontribusi luar biasa untuk membuat hari pria internasional dirayakan secara mainstream di seluruh dunia. Ia memilih tanggal 19 November karena mengenang ulang tahun sang ayah.

Hari Pria Internasional ini pun dirayakan untuk menghindari diskriminasi terhadap pria, eksploitasi, kekerasan, dan ketidaksetaraan gender.

Fokus utama dalam perayaan ini adalah memperhatikan kesehatan mental pria, mengapresiasi kualitas positif dari kejantanan, dan lainnya. Hari Pria Internasional, dirayakan di 80 negara dan didukung oleh UNESCO.

Pentingnya Hari Pria Internasional

Kesehatan mental pria menjadi fokus isu perayaan ini. Menurut website ‘International Mens Day’, pria tiga kali lebih rentan melakukan tindak bunuh diri dibandingkan wanita.

Satu dari tiga pria telah menjadi korban kekerasan rumah tangga, dan pria cenderung 4 hingga 5 tahun lebih cepat meninggal dunia dibandingkan wanita. Pria juga lebih cenderung terkena penyakit jantung ketimbang wanita.