HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid memberikan kritikan kepada sejumlah kelompok masyarakat Indonesia yang ikut-ikutan melakukan gerakan produk-produk Amerika dalam rangka membela Palestina.
Menurutnya, tindakan boikot-boikot yang dimaksud tak berguna dan tidak akan memberikan dampak apapun kepada Palestina yang sedang berkonflik dengan Israel.
“Saya pikir ini cara berpikir yang goblok, sesat pikir. Ini gerakan dipropagandakan orang-orang cerdas tapi dilakukan orang kurang akal. Kan apa faedahnya memboikot produk-produk itu?,” kata Habib Syakur dalam keterangannya kepada Holopis.com, Jumat (10/11).
Ada beberapa faktor mengapa dirinya menilai bahwa seruan aksi boikot sejumlah produk brand asing itu tak adalah keliru. Pertama kata dia, boikot produk tersebut justru memberikan sisi negatif bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan itu.
“Seandainya saja boikot okelah dilakukan, lalu perusahaannya bangkrut, siapa yang mau menanggung hajat hidup ratusan ribu pegawai perusahaan itu, mereka punya keluarga lho, punya anak yang butuh sekolah, biaya ngaji, mungkin mondok di pesantren,” ujarnya.
Alasan kedua menurut Habib Syakur, mayoritas brand-brand luar itu sifatnya hanya franchise, lalu dikelola oleh perusahaan lokal. Sehingga pun ada aksi boikot produk itu, efeknya tidak langsung kena pada sasaran, yakni terjun bebasnya bantuan ke Israel.
“Brand mereka kan franchise, bukan dijalankan langsung dari pusat. Misalkan McDonald’s, Starbuck, KFC dan sebagainya. Itu dikelola perusahaan lokal. Pun ada penurunan omset, yang rugi mungkin iya ke pusat, tapi yang kena langsung kan tenaga kerja kita juga,” tandasnya.
Alasan ketiga disampaikan ulama asal Malang Raya ini adalah, tidak ada seruan aksi boikot produk-produk Israel di Indonesia. Yang diboikot justru produk Amerika. Jika pola pikirnya demikian, maka seharusnya para penyeru juga harus adil.
“Kalau memang targetnya menolak produk Amerika karena disebut membela Israel, mengapa mereka masih pakai Youtube, Twitter, Instagram, Facebook, microphone buatan Amerika, komputer buatan Amerika dan sebagainya, bukankah pemasukan besar ada di digital platform yang secara sadar mereka pakai juga?,” ucapnya.
Lantas bagaimana seharusnya bangsa Indonesia atau umat Islam bersikap atas konflik Israel dan Palestina, Habib Syakur memberikan perspektifnya.
“Lakukan social movement, suarakan pada dunia bahwa Indonesia membela Palestian, Indonesia mengutuk Israel, menyerukan gencatan senjata dan pulihkan hak-hak bangsa Palestina yang dirampas Israel,” tuturnya.
Di sisi lain, upaya-upaya diplomatik dan kerja sama internasional untuk mendesak Israel menghentikan serangan brutal ke warga Palestina, khususnya di tanah Gaza menjadi sangat penting dan efektif.
“Indonesia sudah sangat jelas melalui Presiden Jokowi dan instrumen pemerintahannya bahwa Indonesia standing with Palestine. Tinggal negara-negara dunia ikut melakukan hal serupa melalui political movement,” sambungnya.
Lebih lanjut, Habib Syakur pun menekankan bahwa konflik antara Israel dan Palestina bukan perang agama, melainkan perampasan atas agraria dan pelanggaran atas kemanusiaan.
“Jangan pandang ini perang agama, sebab yang dihantam Israel bukan hanya umat Islam, umat kristiani juga banyak yang meninggal akibat serangan brutal itu. Ini pelanggaran ham berat, ini genosida, Netanyahu harus diseret ke Mahkamah Internasional,” pungkasnya.