HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Jaringan Nasional (Jarnas) 98, Sangap Surbakti merasa heran dengan pernyataan Anggota DPR-RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Deddy Sitorus yang mempersepsikan pesan persatuan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan hal yang garing, normatif dan tidak substansial.
Menurut Sangap, penafsiran kader parpol berlambang banteng gemuk dengan mocong putih dan mata merah itu mencerminkan bahwa pengetahuan Deddy soal persatuan sangat amburadul.
“Deddy ini anggota dewan toh. Sebagai anggota dewan, isi dompetnya pasti OK. Tapi, isi kepalanya, KO!,” ungkap Sangap di Jalan Cawang Baru Utara, Jakarta Timur kepada Holopis.com, Rabu (8/11).
Lebih lanjut Sangap Surbakti menjelaskan, Deddy seharusnya terlebih dahulu mengetahui konteks pernyataan Presiden Jokowi itu untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif. Presiden menyampaikan pernyataan untuk mengajak bersatu dan rukun kembali saat menghadiri hari jadi ke 59 Partai Golkar.
“Pernyataan Pak Jokowi itu memang normatif tapi sangat substansial. Normatif karena memang disampaikan sebagai Presiden di depan kader Partai Golkar. Meski bukan lembaga pemerintahan, suka tidak suka, dari partailah lahir pemimpin tertinggi (Presiden-red) di Republik ini,” tutur Sangap.
“Pernyataan itu juga sangat substansial dong. Mengingat 2024 itu ada kompetisi Pilpres, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Jangan sampai sakit hati berlarut-larut alhasil membangun negeri kita ini tersendat. Itu yang harus dipahami si Deddy itu, jangan asbunlah. Kasihan dirinya dan partainya,” sambung aktivis pergerakan mahasiswa ’98 yang terafiliasi di Forum Kota (Forkot) ini.
Sangap menilai, ajakan untuk bersatu dan rukun kembali yang disampaikan Presiden Jokowi setelah terjadinya diskusi panjang antara Presiden dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Sebab, di dalam pidato itu, Jokowi menyampaikan setuju kepada usul Prabowo Subianto.
“Pak Prabowo ini kagum dengan Soekarno, dimana Presiden Pertama kita itu sering menyampaikan satunya kata dengan perbuatan. Pak Prabowo ketika kalah Pilpres 2019 tetapi berbesar hati ikut kabinet Pak Jokowi hanya untuk kemajuan Republik ini,” imbuh Sangap yang kini berprofesi sebagai Dosen Fakultas Ilmu Hukum Universitas Kristen Indonesia ini.
“Deddy inikan dari Partai yang selalu menjual sosok Soekarno, tapi masa ngak ngerti sih jalan Soekarno. Lebih baik dia banyakin baca buku pemikiran Soekarno dulu deh baru komen politik,” tandasnya.