HOLOPIS.COM, JAKARTA – Densus 88 mengakui bahwa jaringan teroris masih melakukan pendekatan agama untuk melancarkan aksinya.

Juru bicara Densus 88, Aswin Siregar bahkan mengungkapkan, dari 42 tersangka teror dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap beberapa waktu lalu, salah satu tersangka berinisial UR, diketahui sempat menjadi pemimpin suatu kajian keagamaan.

Melalui kajian keagamaan, pelaku diduga mengajak kelompoknya untuk menggagalkan jalannya Pemilu 2024.

“UR menyampaikan bahwa kegiatan untuk menggagalkan pemilu tersebut harus dilakukan dengan cara ‘amaliyah’. Cara ‘amaliyah’ ini adalah cara, bahasa yang biasa mereka gunakan,” kata Aswin dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (4/11).

Tak tanggung-tanggung, para korbannya pun diarahkan untuk melakukan aksi kekerasan dengan mengatasnamakan agama.

“Yang kita tau bahwa ‘amaliyah’ ini adalah suatu aksi teror yang bisa saja berupa penyerangan misalnya, dengan menggunakan senjata tajam, atau senjata api, dan yang paling kita sangat tidak inginkan adalah biasanya bom bunuh diri,” jelasnya.

UR sendiri merupakan salah satu orang kepercayaan AO. Dimana AO diketahui merupakan pemimpin kelompok JAD.

“Jadi mereka intinya adalah dalam jaringan, kita nggak bisa menyampaikan seseorang itu apakah dia istilahnya ustad, ulama atau pemuka agama dan sebagainya yang terlibat dalam masalah ini. Yang jelas densus menangkap seseorang berdasar alat bukti bukan status,” tegasnya.