HOLOPIS.COM, JAKARTA – Nampaknya Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh tidak serius dengan janjinya yang bakal membubarkan partainya, jika kadernya terlibat dalam tindak pidana korupsi. Apalagi janji itu merupakan cikal bakal semangat dirinya mendirikan partai usai keluar dari Partai Golkar.

Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto, menilai bahwa sikap Surya Paloh yang mengklarifikasi ucapannya sendiri itu dianggap sebagai bentuk betapa Ketum Partai tersebut tidak komitmen dalam pemberantasan korupsi.

“Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan ini tentu saja, jangan percaya pada komitmen anti korupsi partai ini. Sebab Ketua Umumnya sudah mengoreksi,” kata Hari Senin (9/10) kepada Holopis.com.

Dia menilai, sikap Surya Paloh terlihat tidak konsisten dalam memegang janjinya. Hari menuturkan, sikapnya itu membuat masyarakat menganggap bahwa Partai NasDem tidak serius dengan pemberantasan korupsi di Tanah Air.

Bahkan ia menuding jika karakter Surya Paloh memang terkesan plintat-plintut alias plin-plan, sehingga wajar publik akan menaruh pesimistis terhadap Partai NasDem dalam konteks pemberantasan korupsi. Apalagi partai tersebut adalah pengusung Anies Baswedan sebagai bakal Calon Presiden untuk Pilpres 2024 mendatang.

“Sikap plin-plan Surya Paloh terhadap isu korupsi ini menunjukkan, Surya Paloh tidak pernah serius terhadap isu anti korupsi,” jelas Hari.

Dia menambahkan, pernyataan klarifikasi Surya Paloh itu akan memberikan dampak negatif bagi partainya dan Anies Baswedan.

“Pernyataan korektif dari Surya Paloh tersebut sejatinya merupakan kampanye buruk bagi partainya, NasDem dan juga capres yang didukungnya Anies Baswedan,” terang Hari.

Sebelumnya, Surya Paloh pernah menyatakan akan mengevaluasi partainya jika ada kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Bakhan, tidak menutup kemungkinan Partai NasDem akan dibubarkan.

“Tidak layak Partai NasDem dipertahankan,” tegas Surya saat itu di Hotel Mercure, Jakarta pada 3 Juni 2015 silam.