HOLOPIS.COM, JAKARTA – Upaya untuk memperkuat sistem peringatan dini multibencana, terus dilakukan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Berbagai upaya sudah dilakukan, seperti upgrade teknologi yang dimiliki hinga peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM.
Selain itu, BMKG juga membangun dan menguatkan kerjasama dengan media guna percepatan penyebaran informasi peringatan dini kepada masyarakat luas, terutama di Daerah 3 T.
“Sesuai dengan perundangan yang berlaku, dalam rantai Peringatan Dini secara menyeluruh dari ujung ke ujung (end to end), informasi dan peringatan dini dari BMKG akan berhenti di Tingkat Propinsi atau Kabupaten, yaitu di BPBD atau Badan Penanggulangan Bencana di Daerah, kemudian BPBD yang bertanggungjawab untuk meneruskan ke warga masyarakatnya, terutama yang berada di lokasi terdampak,” jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan yang diterima Holopis.com, Jumat (6/10).
“Yang menjadi persoalan adalah informasi tersebut dapat terputus dan tidak berhasil tersambung untuk diteruskan kepada masyarakat oleh BPBD (Pemerintah Daerah), khususnya yang berada di daerah terpenci,” sambungnya.
BMKG juga menjalin kerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI), sebagai sebuah solusi terputusnya informasi tersebut, sehingga informasi peringatan dini BMKG dapat menembus daerah-daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
“Kami menggunakan semua kanal untuk mendiseminasikan informasi peringatan dini, tidak cuma terfokus pada 1 jenis media. Dengan begitu, gap antara yang menerima dan tidak menerima informasi dapat semakin kecil sehingga risiko bencana dapat semakin ditekan,” imbuh Dwikorita.
Dwikorita mencontohkan, dalam kasus gempabumi dan tsunami, golden time atau rentang waktu singkat antara peringatan dini dan saat bencana tiba sangatlah sempit. Maka, jika semakin cepat informasi peringatan dini tersebut sampai, maka kesempatan untuk menyelematkan diri pun semakin besar. Dengan begitu, kata dia, risiko korban jiwa bisa diminimalisir.
Lebih lanjut, Dwikorita menuturkan bahwa selain dengan RRI, BMKG juga membangun kerjasama dengan radio-radio lokal dan juga radio komunitas di daerah-daerah agar informasi peringatan dini BMKG bisa tersebar semakin luas. Di beberapa daerah, kata dia, BMKG juga telah bekerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
Selain untuk penyebarluasan informasi peringatan dini, kerjasama dengan media yang dilakukan BMKG juga dalam upaya meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat dan memerangi hoax bencana yang sering muncul dan menimbulkan ketakutan.
“Saat tsunami Jepang 2011 lalu, selain TV NHK, ada 122 stasiun TV, 24 radio AM, dan 25 radio FM yang ikut menyebar luaskan peringatan dini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya informasi peringatan dini bisa segera sampai kepada masyarakat,” pungkasnya.