HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik, Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa polemik yang dimunculkan oleh petinggi Partai Demokrat dan Partai NasDem beberapa waktu terakhir ini, soal perebutan cawapres Anies hanya gimmick politik saja.
“Saya kita itu gaya komunikasi darling. Ya agar mereka tetap dibicarakan, jadi mau nggak mau mereka harus pintar-pintar buat gimmick politik seolah berselisih,” kata Habib kepada Holopis.com, Minggu (27/8).
Apalagi kata Habib Syakur, tren elektabilitas Anies masih belum juga menunjukkan angka yang menggembirakan, sehingga perlu ada teknik momunikasi persuasif, paling tidak membuat orang lain tetap menaruh perhatian sehingga popularitas tetap terjaga.
“Makanya kan kelompok Anies suka pakai Google Trend untuk mengukur ratting, itulah salah satu efek komunikasi persuasif, apakah benar, ya benar, tapi apakah sesuai tentu belum juga, tergantung tone-nya positif atau negatif,” tuturnya.
Lebih lanjut, aktivis keberagaman yang juga inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) itu mengajak masyarakat untuk lebih arif dan bijakna di dalam menyikapi semua perkembangan informasi yang ada.
Sebab kata dia, belum tentu semua polemik yang muncul ke permukaan itu murni polemik. Bisa jadi bagian startegi pencucian otak (brainwash) atau agitasi semata.
“Literasi penting untuk bisa lebih bijak bersikap, apalagi di era post truth seperti saat ini,” tandasnya.
Kemudian, Habib Syakur yang ulama asal Malang Raya ini selalu mengimbau kepada masyarakat untuk menjadikan pemilu 2017 dan 2019 sebagai ajang untuk merefleksikan diri, agar jangan sampai sisi buruk dari ajang demokrasi itu terulang kembali, yakni perpecahan masyarakat akibat sentimen rasial karena perbedaan pilihan politik semata.
“Jangan seperti keledai yang jatuh di lubang yang sama. Jangan ulangi perpecahan kita, padahal persatuan adalah kekuatan utama Indonesia masih eksis,” pungkasnya.