Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Di sela-sela kunjungannya ke Turki, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyempatkan diri berdialog dengan para mahasiswa dan warga Indonesia di Ankara dan Istanbul.

Di Ankara, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Ankara menggelar dialog kebangsaan pada hari Kamis(24/8), sedangkan di Istanbul Jumat (25/8) malam tadi, Menko berdialog dengan para mahasiswa dan warga Indonesia tentang Pemilu, Penegakan Hukum, dan Nilai Strategis Hubungan Indonesia dan Turki.

Menko Mahfud menyampaikan bahwa di Ankara ada Jalan Soekarno, karena ada hubungan erat gagasan Soekarno tentang NKRI dengan ideologi Turki kala itu. Bahkan, Mahfud juga menyempatkan diri untuk datang dan berfoto di jalan Soekarno yang memang tak jauh dari kantor KBRI.

“Tidak berlebihan di Turki ada jalan Bung Karno karena Langkah-langkah pemikiran yang dibuat Bung Karno tentang Pancasila adalah sintesa Turki lama (Ottoman) dan Turki baru (Kemal Ataturk). Bukan meniru, tapi ide yang lahir sebagai bentuk sintesa NKRI,” kata Menko Mahfud dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (27/8).

Kepada sekitar 100 peserta yang hadir secara fisik di KJRI Istanbul dan selebihnya yang mengikuti dialog lewat zoom, Mahfud menjelaskan bahwa Bung Karno ketika memperjuangkan NKRI, pada awalnya sangat terpengaruh Mustafa Kemal. Metara Turki Modern, tidak dicampur negara dengan Agama, agar keduanya tidak mundur. Namun kemudian terjadi kompromi setelah berdebat dengan kelompok Natsir yang menginginkan negara Islam.

“Lantas lahirlah kompromi yang sangat indah. Soekarno menjadikan Indonesia bukan negara sekuler karena masyarakat Indonesia agamis atau beragama, Natsir juga setuju untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam,” ujar Mahfud yang juga guru besar hukum tata negara itu.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu melanjutkan, bahwa Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang maha esa, NKRI, bukan Islam dan bukan tidak beragama.

“Ini prismatika yang sangat indah, produk ijtihad, produk kesepakatan. Modus vivendi, mitsaqan ghalidza, yang terinspirasi Turki lama yang Ottoman dan Turki modern Kemal Ataturk,” ujarnya.

Dialog dengan warga dan mahasiswa Indonesia di Istanbul berlangsung di Konsulat Jenderal RI di Istanbul dan dimoderatori Konjen RI, Darianto Harsono. Peserta yang hadir antusias mengikuti paparan Mahfud yang kemudian secara bergantian mengajukan pendapat dan pertanyaan. Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S2 dan S3 di Turki.

Sedangkan Dialog Kebangsaan di Ankara berlangsung di Kedutaan Besar RI di Ankara, banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1 dan S2 di ibukota Turki ini. Dialog dimoderatori Pengurus PPI, Fauzul Azhim Fakhurazi.

Lebih lanjut, disana Menko Mahfud mengapresiasi sambutan dan penghormatan oleh pemerintah Turki yang bersahabat. Menko bercerita betapa hangat dan terhormat sambutan yang diberikan pada Indonesia. Mahfud juga diantar oleh Menteri dan difasilitasi berkunjung ke berbagai tempat termasuk ke makam Bapak Bangsa Turki, Kemal Ataturk dan sholat Jumat di Hagia Sophia shaf paling depan. Di Istanbul, Mahfud dijamu secara khusus makan siang oleh Gubernur Istanbul, Davut Gul.

“Turki mempunyai kesamaan semangat yang sama dalam memperjuangkan Islam yang modern, Islam yang moderat, Islam yang menerima perbedaan, Islam Wasatiyah, kita juga punya sejarah Panjang dengan Turki. Turki memberi gelar Khalifatullah ke Raden Patah ketika menjadi Raja Demak, juga gelar yang sama ke Sultan Hamengkubuwono. Serta pejuang kita, Teuku Umar dan Tjoet Nyak Dien juga dibantu oleh Turki saat mengusir penjajah,” paparnya.

Menko juga mengatakan, bahwa ia meyakini Indonesia lebih maju sebagai negara inklusif, sebagai negara yang meyakini agama, sebagai religious nation state, sedangkan Turki masyarakatnya Islami meski secara resmi negaranya sekuler. (*)