HOLOPIS.COM, JAKARTA H&M yang merupakan salah satu pemasar pakaian terbesar di dunia, telah memutuskan untuk secara bertahap menghentikan operasinya di Myanmar sebagai respons terhadap meningkatnya laporan mengenai pelanggaran hak tenaga kerja di pabrik-pabrik negara tersebut. 

Dikutip Holopis.com dari CNA, Senin (21/8), dilaporkan bahwa adanya dugaan kasus pelecehan tenaga kerja di pabrik garmen di Myanmar. H&M mengumumkan bahwa mereka sedang melakukan investigasi terhadap 20 dugaan kasus pelecehan tersebut pada Rabu (16/8).

Selama beberapa tahun, H&M telah mengawasi kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan hak tenaga kerja yang dialami oleh pekerja di industri garmen di negara tersebut. Diumumkan bahwa H&M juga telah mendokumentasikan 212 kasus dugaan pelanggaran lainnya yang telah memengaruhi setidaknya 108.000 pekerja sejak Februari 2021 hingga Februari 2023.

H&M juga menyampaikan keputusan untuk menghentikan operasinya di Myanmar sehubung dengan kasus ini. 

“Setelah mempertimbangkan dengan hati-hati, kami sekarang telah mengambil keputusan untuk secara bertahap menghentikan operasi kami di Myanmar,” tulis H&M.

“Kami telah memantau perkembangan terbaru di Myanmar dengan sangat cermat dan kami melihat tantangan yang meningkat untuk melakukan operasi kami sesuai dengan standar dan persyaratan kami,” lanjutnya.

Diketahui, H&M bukan lah brand pertama yang memutus pasokan di Myanmar. Pada Januari tahun lalu, TotalEnergies dan Chevron juga mengambil langkah mundur dari keterlibatan mereka di Myanmar.