Senin, 30 September 2024
Senin, 30 September 2024
NewsEkobizJokowi Klaim Hilirisasi RI Bakal Berbuah Manis

Jokowi Klaim Hilirisasi RI Bakal Berbuah Manis

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim, kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang tengah berjalan saat ini, pada akhirnya akan berbuah manis bagi perekonomian nasional.

Meskipun, kata dia, tidak bisa dipungkiri bahwa hilirisasi tersebut tidak mengenakkan bagi sejumlah pihak, serta bagi pendapatan negara dalam jangka pendek.

Hal itu sebagaimana disampaikan Jokowi saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu (16/8).

“Ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah. Ini juga pahit bagi pendapatan negara jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan Ini akan berbuah manis pada akhirnya,” ujarnya sebagaimana dikutip Holopis.com.

Jokowi menekankan, kebijakan hilirisasi sumber daya alam harus terus dilanjutkan. Sebab menurutnya, kebijakan yang sempat diprotes oleh berbagai lembaga internasional, termasuk IMF itu akan membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Indonesia, kata Jokowi, tidak boleh hanya menjadi negara yang kaya sumber daya alam, namun juga harus mampu mengelola kekayaan tersebut yang kemudian membawa nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Menurutnya, status negara kaya sumber daya alam saja tidak cukup karena dikhawatirkan akan membuat Indonesia menjadi bangsa pemalas, yang hanya mengandalkan kekayaan sumber daya alamnya saja.

“Saya ingin tegaskan Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber daya, mampu memberikan nilai tambah dan menyejahterakan rakyatnya,” ujarnya.

Jokowi berujar, perlu adanya hilirisasi untuk memperoleh nilai tambah dari sumber daya alam yang melimpah. Namun penerapanan hilirisasi tersebut tidak serta dilakukan pemerintah tanpa mempertimbangkan sejumlah aspek, salah satunya yakni aspek lingkungan.

Oleh sebab itu, pemerintah menerapkan hilirisasi dengan transfer teknologi yang memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan. Pemerintah juga telah mewajibkan perusahaan tambang membangun pusat persemaian guna menghidupkan kembali hutan setelah wilayah tersebut dijadikan lokasi tambang.

Ke depan, Jokowi menuturkan bahwa Indonesia akan melakukan hilirisasi tidak hanya pada komoditas mineral saja, tetapi juga non-mineral seperti sawit, rumput laut, kelapa dan komoditas potensial lainnya.

“Yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM Petani & Nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil,” kata Jokowi.

Hilirisasi dan ekonomi hijau, kata Jokowi, dapat menjadi jendela kesempatan (windows opportunity) bagi Indonesia untuk menjadi negara maju, dengan bermodalkan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.

Google News

Temukan kamu di Google News dan jangan lupa klik ikon bintang untuk mengetahui semua berita terbaru dari kami.

WhatsApp Channel

Follow WhatsApp Channel Holopis.com untuk mendapatkan 10 berita terbaru setiap hari dari tim Redaksi.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
HOLOPIS

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Pemerintah Kaji Penerapan Pita Cukai Digital

Pemerintah melalui Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mengkaji terkait rencana penerapan pita cukai digital sebagai pengganti pita cukai konvensional.

Harga Beras RI Disebut Paling Mahal se-ASEAN, Bapanas Minta Masyarakat Tak Terprovokasi

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi meminta masyarakat tidak terprovokasi soal harga beras Indonesia yang disebut menjadi paling mahal dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN.

Bapanas Anggap Isu Harga Beras Paling Mahal Se-ASEAN Cuma Jebakan

Harga beras di Indonesia disebut paling mahal di ASEAN. Pasalnya, perbedaan harga beras di Indonesia dengan negara ASEAN lainnya mencapai 20 persen.

Duh! Ini Deretan Saham Emiten Big Caps yang Banyak Dilego Asing

Sejumlah saham emiten big caps terpantau dilego oleh investor asing selama sepekan terakhir perdagangan, di mana saat itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tipis.