JAKARTA, HOLOPIS.COM Pengamat konflik Timur Tengah, Umelto Labetubun alias Alto Luger menyampaikan pandangannya tentang mengapa Afghanistan kini dikuasai oleh kelompok Taliban. Salah satunya faktornya adalah kegagalan pemerintahan Afghanistan yang ada selama 20 tahun terakhir ini.

Di mana saat Amerika dan sekutunya masuk Afghanistan, ada harapan besar bahwa negara tersebut akan berkembang di sektor semua sektor fundamental.

“Karena pada saat pasca 20 tahun (peristiwa) 9/11 dan pasca Amerika Serikat dan sekutunya masuk Afghanistan, ada harapan,” kata Alto dalam RuangTamu Holopis Channel, Sabtu (21/8).

Harapan-harapan tersebut dikatakan Alto, misalnya ; adalah harapan terhadap pemenuhan hak-hak asasi dan hak-hak perempuan dan anak, misalnya harapan terhadap berkembangnya pendidikan, harapan terhadap keterbukaan Afghanistan terhadap orang lain.

“Tetapi dalam masa 20 tahun itu pemerintahan yang terbentuk tidak bisa mencapai hasil tersebut. Jadi ada kekecewaan, ibaratnya di-PHP lah sama pemerintahan saat itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, ketika Amerika dan sekutunya menarik diri dari Afghanistan, ada sebuah kelemahan yang dialami oleh negara tersebut. Salah satunya adalah lemahnya pertahanan dan keamanan (hankam).

“Hankam tidak mampu menjaga stabilitas bangsa dan negara Afghanistan. AN (The Afghan National Army)-nya itu afiliasinya masih ke suku dan klan,” terangnya.

Jadi ketika mereka diserang, tanpa keberadaan negara pendukung seperti US dan sekutunya, mereka lantas kembali melepaskan baju tentaranya dan dia bergabung dengan suku dan klannya.

Diterangkan Alto, psikologis tentara Afghanistan adalah mengunggulkan suku dan klan mereka. Karena suku dan klannya bagi masyarakat Afghanistan adalah yang paling penting, karena suku dan klan sudah ada sebelum negara itu berdiri dan akan selalu ada sekalipun Afghanistan sudah tidak ada lagi sebagai negara.

“Jadi kerapuhan akan hankam-nya dan ketidakberesan pemerintahan yang terjadi sebelumnya (selama) 20 tahun itu membuat orang berpikir, why not, mencoba lagi dengan Taliban,” paparnya.