Jumat, 20 September 2024
Jumat, 20 September 2024

Kemerdekaan, Pancasila dan Pandemi Covid-19

76 tahun sudah republik ini berdiri. Dalam perjalanannya, begitu banyak dinamika yang terjadi. Berbagai dinamika itulah yang akhirnya tetap mampu menguatkan bangsa dan negara. Hingga akhirnya republik yang bernama Republik Indonesia ini tetap tumbuh dan tangguh.

Pasca kemerdekaan, sebenarnya tugas kita hanyalah mengisi kemerdekaan tersebut. Tak lebih. Untuk mengisi kemerdekaan, sudah barang tentu kita harus mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, Pancasila merupakan ideologi ataupun panduan bagi kita untuk hidup di Indonesia.

Namun, sudah dua tahun ini hari kemerdekaan diperingati dalam suasana kebatinan yang luar biasa. Kita memperingati hari kemerdekaan secara tidak biasa. Kebiasaan masyarakat yang memperingati hari kemerdekaan dengan berbagai perlombaan yang dibungkus dalam kegembiraan menjadi peringatan yang sepi, bahkan terkesan sangat sedih.

Betapa tidak, selama 2 tahun ini bangsa ini berjibaku dengan pandemi. Sejak kemunculannya pada tahun 2019, pandemi yang tenar dengan nama Covid-19 telah menghilangkan kegembiraan kita dalam menyambut hari kemerdekaan. Walaupun demikian, tentunya hal itu tidak sedikitpun menyurutkan semangat kita untuk memaknai hari kemerdekaan secara khidmat.

Dan kemerdekaan yang sebenarnya harus kita raih saat ini adalah merdeka dari pandemi. Di saat kita merdeka dari pandemi, di saat itu jugalah kita baru dapat merasakan kegembiraan dalam kemerdekaan.

Bukan tanpa alasan saya mengatakan seperti itu, sebab saya pun merasakan selama dua tahun ini kita merayakan hari kemerdekaan dengan penuh kegetiran.

Nah, tugas kita adalah memastikan jika kemerdekaan tahun depan atau peringatan yang ke-77 tahun tentunya harus seperti biasa. Cara-cara itu dapat dilakukan tentunya juga harus ikut bahu membahu bersama pemerintah dalam melawan pandemi.

Dulu, setelah kemerdekaan atau lebih tepatnya sebelum pandemi menyerang, nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang harus kita internalisasikan ke dalam perbuatan. Alhasil, negeri ini menjadi negeri yang selalu menjunjung tinggi persatuan.

Walau tak bisa kita pungkiri, ada juga beberapa perbuatan oknum yang menganggu persatuan, namun setidaknya berhasil kita atasi dengan rasa persatuan.

Mengamalkan Sila Ketiga untuk Melawan Pandemi

Rasa persatuan atau pengamalan sila ketiga dalam Pancasila mutlak kita praktekkan dalam kondisi melawan pandemi pada hari ini. Persatuan merupakan prasyarat agar pandemi enyah dari republik.

Memupuk persatuan, menciptakan persatuan serta merasakan bahwasanya kita sebagai pemilik negeri merupakan cara yang dapat kita lakukan untuk melawan pandemi. Setelah itu, tentunya kita harus ikut berkontribusi membantu pemerintah dalam menjalankan misi melawan pandemi.

Saya tidak sedang mengigau menyampaikan hal ini. Sebab, saya melihat jika pandemi pun masih belum mampu untuk membuat kita bersatu. Padahal, seharusnya momentum pandemi dapat membuat kita bersatu.

Namun, pada akhirnya persatuan yang digadang-gadangkan justru seperti panggang jauh dari api. Di sana sini kita banyak menyaksikan masyarakat justru hanya menjadi kritikus kebijakan pemerintah, bukan malah membantu atau ikut bahu membahu.

Menurut saya, semua negara di dunia yang terkena pandemi justru masyarakatnya ikut membantu mencarikan solusi agar pandemi ini berakhir di negara nya. Misalnya, sebelum pandemi ini berkembang di Indonesia, Italia terlebih dahulu merasakan dampak yang sangat dahsyat. Namun, berbekal persatuan masyarakat Italia, akhirnya lambat laun pandemi ini pun enyah dari negeri pizza dan kehidupan masyarakat pun kembali normal. Begitupun dengan contoh kasus negara-negara lainnya.

Berkaca dari pengalaman negara-negara yang sudah berhasil mengatasi pandemi, kunci mereka itu cuma satu, yaitu Persatuan. Mereka memupuk persatuan yang kuat agar bersama-sama dengan pemerintah bisa mengatasi pandemi.

Hal ini jugalah yang menurut saya harus dimiliki oleh bangsa ini. Terutama tentunya masyarakat. Masyarakat harus mengikuti setiap kebijakan pemerintah dengan penuh semangat, bukan justru malah membuat kegaduhan, apalagi sampai membuat informasi yang bohong mengenai pandemi.

Saya yakin dan masih menyimpan optimisme bahwa masyarakat akan segera memperlihatkan persatuan nya agar pandemi ini lenyap dari bumi pertiwi. Harapan saya di usia ke-76 adalah terakhir kali negeri ini mengalami sengkarut dalam bencana.

Mudah-mudahan di usia ke-77 nanti, negeri ini tetap bisa terus tumbuh dan menjadi tangguh. Persatuan harus selalu digalakkan agar negeri ini bertumbuh dan tangguh.

Dirgahayu Indonesia ku. Dirgahayu bangsa ku. Doaku di usia ke-76 ini semoga pandemi segera angkat kaki dari bumi pertiwi.

Indonesia tumbuh, Indonesia tangguh, Indonesia maju. Merdeka!!!

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

berita Lainnya
Related

Kesenjangan Komunikasi Antar Generasi

Teori generasi akhir-akhir ini semakin populer, terutama karena perbedaan mencolok antar generasi yang sering kali menyebabkan hubungan menjadi rumit dan terpolarisasi.

Apa Benar Starlink Berbahaya Bagi Indonesia ?

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Pengamat Telematika, Multimedia, AI & OCB, sekaligus Magister Kesehatan Masyarakat (Public Health) UGM Asli.

Prof Salim Said, Tokoh Pers yang Meninggal di Tengah Revisi UU Penyiaran

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Mantan Ketua 1 Korps Mahasiswa Komunikasi (1990-1991) UGM asli di Jogja.
Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

Berita Terbaru