HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menjadi haji mabrur adalah orientasi utama dari seluruh proses haji seorang Muslim. Jangan sampai keberangkatan dan semua prosesi ibadah haji di Arab Saudi justru hanya sebatas aktivitas belaka, tidak mendapatkan esensi dari tujuan utama menjalankan rukun Islam yang kelima itu.
Dalam penjelasannya, juru bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat, Akhmad Fauzin memaparkan, bahwa di antara tanda kemabruran seorang yang telah menunaikan ibadah haji, yaitu; pertama, menghiasi diri dengan amal kebaikan.
Fauzin mengatakan, bahwa sebagaimana disebutkan di dalam surat al-Baqarah ayat 177, ada enam jenis amal kebaikan. Yakni, barangsiapa yang menyempurnakan enam amal ini, maka dia telah menyempurnakan kebaikan, yaitu; (1) iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi. (2) menginfakkan harta yang ia cintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, dan peminta-minta. (3) menegakkan salat, (4) mengeluarkan zakat, (5) memenuhi janji, dan (6) sabar atas ujian kemiskinan dan kesulitan.
“Kedua, berkontribusi dan memiliki kepedulian sosial. Kemabruran haji seorang Muslim terwujud dalam kepeduliannya dan ringan membantu sesama, menebar salam dan menjadi jalan terwujudnya kedamaian, serta bertutur kata dan berucap yang baik,” kata Fauzin dalam keterangan persnya di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur seperti dikutip Holopis.com, Jumat (14/7).
Ketiga, lanjut Fauzin, menjadi teladan dalam kehidupan masyarakat. Menurutnya, mabrur hajinya seorang Muslim terwujud dengan memiliki komitmen menjaga keharmonisan hidup di tengah masyarakat, mengaktualisasikan kepatuhan, seperti kepatuhan menjaga larangan ihram.
“Dan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga dan masyarakatnya, dan mempertahankan integritas moral yang telah diperoleh selama haji dan diamalkan sepanjang hayat,” ujarnya.