Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto menegaskan bahwa proposal perdamaian antara Rusia dengan Ukraina di Shangri-La Dialogue memiliki tujuan khusus.

Pasalnya, di ajang tahunan Shangri-La Dialogue, Prabowo melihat celah negatif dari pelaksanaannya beberapa tahun terakhir.

“Mengenai usul kemarin, itu kan forum menteri pertahanan dunia. Dari tahun ke tahun forum-forum ini dilaksanakan dan itu jadi ajang banyak negara menyerang negara lain. Jadi negara X dengan sekutu-sekutunya akan, apa ya, akan menyalahkan negara B. Terus begitu,” kata Prabowo dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (17/6).

Mantan Danjen Kopassus itu bahkan dengan tegas mengatakan bahwa forum Shangri-La Dialogue akan menjadi sia-sia jika tidak dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan Indonesia.

“Jadi forum itu bagus tapi kalau saya lihat ini kalau tiap tahun kita diundang hanya untuk dengar paparan posisi masing-masing, ya kurang bermanfaat. Saya usulkan, forum ini mari kita ada suatu terobosan, kita buatlah suatu usul perdamaian, masalahnya itu,” ungkapnya.

Dengan pengajuan proposal tersebut, Prabowo pun menegaskan bahwa itu adalah usulan yang bisa dilakukan maupun tidak. Sehingga, respon yang diberikan masing-masing negara seharusnya bisa bersifat biasa saja.

“Kalau diterima monggo, nggak diterima ya nggak ada masalah gitu kan. Saya kira bukan masalah yang terlalu prinsipil. Intinya juga yang saya usulkan itu langkah-langkah yang sudah dilaksanakan berkali-kali di mana-mana,” tegasnya.

Dengan pidatonya tersebut, Prabowo pun menyatakan bahwa itu bertujuan untuk menunjukan Indonesia tidak bisa diintervensi atau diam saja dalam melihat suatu permasalahan global.

“Dan setelah orang baca semua pidato saya, dan kata-katanya dan mereka baru sadar ini usul yang saya usulkan. Mungkin banyak negara, dan nggak tahu mungkin di Indonesia, merasa, ‘loh kok Indonesia berani-beraninya ya usulkan’. Karena selalu memandang Indonesia rendah,” tegasnya.

Prabowo Subianto juga mengaku semakin percaya diri untuk menyampaikan proposal perdamaian itu karena Presiden Jokowi pun sebelumnya telah menyerukan perdamaian antara kedua belah pihak.

“Presiden kita sudah tahun lalu beliau sendiri ke Kiev, beliau sendiri ke Moskow. Beliau memimpin usaha mencari perdamaian. Ya saya sebagai menteri beliau harus follow up. Itu usaha saya,” tandasnya.

Ketua Umum Partai Gerindra pun kemudian maklum ketika permasalahan yang harusnya mendapatkan dukungan dari dalam negeri ternyata malah menjadi bahan gunjingan.

Hal itu sudah dipahami sebagai resiko yang harus dihadapinya ketika dirinya sudah mendeklarasikan diri sebagai Bacapres.

“Ya tapi mungkin ini, apa ya, tahun politik. Jadi mungkin kebetulan saya salah satu yang diperkirakan akan jadi capres, jadi apa pun saya ngomong akan ada pro dan kontra itu biasa. Nggak ada masalah ya,” pungkasnya.