HOLOPIS.COM, JAKARTA – Negara-negara yang berada di kawasan ASEAN akhirnya sepakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing seperti Dolar AS, dengan menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS).

Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral se-ASEAN di Nusa Dua, Bali pada pekan ini.

“ASEAN sepakat untuk tegaskan kembali ketahanan di antara lain dengan penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang dikutip Holopis.com, Sabtu (1/4).

Menurut Perry, banyak manfaat yang bisa didapat dari penggunaan mata uang lokal di kawasan ASEAN, salah satunya yakni mengurangi risiko dunia saat terjadi krisis akibat gejolak geopolitik dan lain sebagainya.

“Mata uang lokal dapat memperbaiki pemulihan ekonomi dan untuk menahan ketidakpastian global di kawasan,” tuturnya.

Selain itu, upaya mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing juga dapat menjadi umpan bagus dalam hal ekspor, investasi hingga dapat memperkuat keseimbangan, serta memperkuat cadangan devisa (cadev).

“Tapi di luar itu, diversifkasi mata uang ini inisitif penting dalam menjaga ketahanan,” ujar Perry.

Upaya pengurangan ketergantungan mata uang asing ini bukan yang pertama kalinya, dimana pada tahun 2022 lalu, kesepakatan serupa juga tercapai dalam forum G20.

Pada saat Indonesia memegang Presidensi G20, kerja sama pembayaran lintas batas atau cross border payment dengan beberapa negara ASEAN telah berhasil disepakati. Namun negara yang tergabung hanya sebatas Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

“Dan ini akan diperluas pembayaran konektivitas regional akan mencakup anggota negara ASEAN lainnya Vietnam, Brunei, Kamboja, dan Laos sudah memberikan niat mereka untuk bergabung,” imbuhnya.