HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan sikap para Alumni 212 yang cari perhatian dengan menggelar aksi demonstrasi penolakan kedatangan Timnas Israel ke Indonesia.

Aksi demonstrasi yang dianggap keliru itu menurut Ngabalin menjadi aneh ketika sebelumnya padahal negara Israel sudah hadir ke Indonesia, namun tidak sampai ada aksi demonstrasi.

“Kenapa kemarin di IPU, Inter-Parliamentary Union, itu utusan ofisial Israel datang di Bali, kemudian mereka main tanding kejuaraan nasional di Senayan, kemudian panjat tebing, kemudian tanding sepeda dan lain-lain sebagainya itu. Tidak ada riak-riaknya,” kata Ngabalin dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (21/3).

Ngabalin kemudian beralasan, kedatangan Timnas Israel adalah urusannya olah raga dalam rangka Piala Dunia U20 dan tidak berkaitan dengan politik. Sehingga, bisa dipastikan oleh Ngabalin, aksi Alumni 212 itu tidak jelas tuduhannya.

“Jadi kita bisa bebas aktif, tapi kalau dalam urusan-urusan sport itu bagaimana mungkin bisa kita kaitkan urusan-urusan politik,” tuturnya.

“Jadi, kalau kesebelasan nasional Israel main di U-20 kemudian kita harus mengusir mereka atau melarang mereka masuk, ya keliru. Salah alamatnya itu,” sambungnya.

Terlebih, ditambahkan oleh Ngabalin, urusan pemain yang berlaga di Piala Dunia bukan wewenang dari pemerintah Indonesia melainkan wewenang dari FIFA.

“Sementara seluruh regulasi yang mengatur 24 tim sepak bola nasional seluruh dunia yang hadir dalam World Cup U-20 bulan Mei akan datang itu, itu diatur oleh FIFA. Jadi di mana logikanya?” ujarnya.

Dengan gelaran U-20 ini diyakini Ngabalin, seharusnya menjadi kunci dan pintu masuk Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2036.

“Ini adalah pintu masuk untuk kita mendapatkan tiket sebagai Tuan Rumah dari pelaksanaan Piala Dunia di 2036,” tutupnya.