HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat Itelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta menyayangkan beredarnya hoaks penculikan anak yang diduga menjadi pemicu terjadinya kerusuhan di Wamena, Papua.
Dia pun meminta siapapun yang menjadi dalang di balik hoaks atau kabar bohong yang menewaskan 10 orang warga sipil itu harus ditelusuri, dan bahkan harus ditindak tegas.
“Kalau hoaks kan berarti ada pembuatnya kan. Ini yang harus ditelusuri siapa pembuatnya harus ditelusuri dan ditindak tegas,” kata Stanis kepada Holopis.com melalui sambungan telepon, Jumat (24/2).
Dia menegaskan, bahwa hoaks sangatlah berbahaya. Hal itu dapat dilihat dari kejadian-kejadian sebelumnya, dimana kabar yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keberannya ini berujung pada terjadinya kerusuhan.
Lebih lanjut, Stanis melihat adanya kelemahan yang kerap terjadi di Indonesia, dimana hoaks yang beredar kerap dibiarkan begitu saja tanpa adanya klarifikasi. Sehingga yang terjadi, hoaks tersebut akan dianggap kebenaran oleh masyarakat.
“Makanya yang paling penting ketika ada hoaks itu, negara harus hadir sebenarnya. Negara harus hadir memastikan apakah itu benar atau tidak. Apabila benar ya diberesin, kalau tidak ya diklarifikasi dan ditangkap penyebarnya,” tuturnya.
Dia pun mengingatkan, apabila hoaks dibiarkan, maka akan timbul spekulasi negatif yang timbul justru rasa saling curiga antara pemerintah dan masyarakat.
“Kalau (hoaks) dibiarkan ya publik akan berspekulasi dan saling curiga, itu berbahaya,” tukasnya.
Diberitakan Holopis.com sebelumnya, terjadi peristiwa kerusuhan di Kampung Sapalek, Distrik Wamena, Papua Pegunungan, pada Kamis kemarin.
Diduga, penyebab kerusuhan tersebut terjadi karena beredarnya hoaks tentang adanya penculikan anak di bawah umur, yang ditambah dengan provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Setidaknya, sebanyak 10 orang tewas dalam peristiwa tersebut, serta 41 orang termasuk 18 aparat keamanan mengalami luka-luka. Tak hanya itu, sebanyak 15 bangunan pun ikut hangus terbakar dalam peristiwa tersebut.