HOLOPIS.COM, JAKARTA – ChatGPT hadir tidak lepas dari para pegawai di OpenAI, yang akhirnya membuat keberadaan Google mulai terancam. Ternyata, para pegawai pernah bekerja dibeberapa perusahaan besar. Diantara dari Google dan juga dari Meta.
Dikutip Holopis.com dari LeadGenius dan Punks & Pinstripes, Jumat (24/2), total pegawai di OpenAI ada sekitar 200 orang. 59 orang diantaranya pernah bekerja di Google dan mantan pegawai Meta ada sekitar 34 orang.
Selain kedua perusahaan itu, OpenAI juga mempekerjakan pegawai yang pernah bekerja di Apple dan Amazon. Bahkan, para mantan pegawai perusahaan teknologi besar itu, melakukan pekerjaan penting di ChatGPT pada bulan-bulan menjelang peluncurannya di bulan November.
ChatGPT telah meraup jutaan pengguna karena kemampuannya melakukan banyak hal, dari menulis esai hingga membuat kode. Tidak hanya itu, angka pengguna aktif ChatGPT melonjak tajam hanya dalam hitungan 2 (dua) bulan.
Menurut pengamat dan CEO Punks & Pinstripes, Greg Larkin, data tersebut harusnya jadi peringatan bagi perusahaan teknologi besar.
“OpenAI adalah tanda bahwa Big Tech, terutama Google, tidak mengoptimalkan investasinya pada karyawannya. Banyak talenta AI hanya mengerjakan produk sekunder di laboratorium inovasi seperti Alphabet X. Ini berarti mereka jarang melihat karya mereka memiliki dampak yang berarti pada produk inti atau pendapatan perusahaan,” katanya.
Sebagai informasi, OpenAI awalnya didirikan pada 2015 sebagai organisasi nirlaba. Beberapa pentolan teknologi, termasuk mantan CEO LinkedIn Reid Hoffman, Elon Musk, dan Peter Thiel, mengembangkan kecerdasan buatan di sana dengan cara yang paling mungkin bermanfaat bagi umat manusia secara keseluruhan.