HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid mengaku sangat geram dengan tingkah seorang pria di Bandar Lampung yang merangsak masuk ke dalam gereja dan memaksa para jemaah membubarkan diri.

Akibat ulah pelaku, beberapa jemaat gereja GKKD Bandar Lampung terpaksa menunda peribadatan mereka dan mengalah terhadap oknum masyarakat yang arogan itu.

“Saya kira ini tidak bisa ditolerir ya. Jangan ditiru, itu perbuatan yang sangat biadab bagi orang yang tinggal dan hidup di Indonesia,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Senin (20/2).

Ia berharap, aparat keamanan bisa mengambil tindakan tegas terhadap perkara ini.

Sebab, ia khawatir jika kasus itu diabaikan, akan menjadi preseden buruk ke depannya.

“Jangan sampai cara-cara biadab pria itu malah mengilhami yang lain melakukan hal serupa. Makanya, tak boleh dimaafkan begitu saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, Habib Syakur juga mengingatkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa mereka harus bisa saling menghormati perbedaan yang ada, saling mengasihi antar sesama anak bangsa.

“Islam jelas mengajarkan rahmatan lil ‘alamin. Tidak merusak dan tidak menganiaya. Kalau ada yang begitu, saya kira Islamnya hanya di KTP,” tegasnya.

Sekedar diketahui Sobat Holopis, bahwa di sebuah gereja Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) di Jalan Soekarno Hatta Gang Anggrek RT 12 Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.

Saat itu masih pukul 19.30 WIB, para jemaat gereja sedang menyanyikan lagu+lagi pujian.

Tiba-tiba datang seorang pria bertopi hitam dan berkaos biru datang. Mereka meminta agar ibadah dihentikan, sekaligus memaksa para jemaat untuk membubarkan diri.

Sempat terjadi keributan antara warga dengan jemaat dan Pendeta. Bahkan dari video yang terlihat, salah satu warga mendorong pendeta.

“Ini bukan gedung gereja dipakai gereja,” ujar seorang warga. Salah satu jemaat juga terlihat menangis saat terjadi kericuhan di GKKD Lampung.

Sekitar 15 menit kemudian datang dari polisi dari Polsek Kedaton meredam suasana. Jemaat gereja lalu pulang.

Sekitar pukul 15.00 WIB, sejumlah tokoh masyarakat, aparat kepolisian, Kanwil Agama, FKUB, Camat Rajabasa, Lurah, Kasat Intel Polresta, berkumpul di gereja. Tidak ada kesepakatan dalam pertemuan itu.