HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai apa yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dan Edwin Wagensveld adalah upaya untuk memancing emosi umat Islam.

“Sudah jelas tujuannya untuk mancing agar umat Islam marah, lalu arogan dan nanti dicap ekstremis, padahal mereka yang sinting,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Sabtu (28/1).

Menurutnya, umat Islam harus lebih bijak dalam bersikap. Jangan sampai terpancing dan melalukan tindakan anarkis.

“Awas, jangan terpancing. Karena tujuannya itu, mas. Bikin umat Islam chaos. Hati-hati, kita harus bisa lebih bijak,” ujarnya.

Pun demikian, ulama asal Malang Raya ini tetap meminta agar pemerintah negara-negara di dunia memberikan dorongan tegas agar pemerintah Belanda dan Swedia mengambil tindakan tegas ke kedua oknum warga negara mereka itu.

Sebab menurut Habib Syakur, kerja-kerja diplomatik dalam menyikapi insiden tersebut jauh lebih tepat dilakukan ketimbang bertindak arogan.

“Mari kita kecam, kita dorong saja pemerintah-pemerintah negara dunia memberikan tekanan politiknya agar Edwin dan Paludan diproses hukum. Beri punishment secara bilateral demi perdamaian dunia,” tuturnya.

Lebih lanjut, Habib Syakur menilai bahwa pembakaran Alquran, perusakan rumah ibadah atau simbol keagamaan tertentu tidak bisa dibenarkan.

“Tidak bisa disebut demokrasi dong. Merusak simbol atau atribut agama tertentu itu justru bertentangan dengan demokrasi. Jangan ditiru,” pungkasnya.

Sekedar diketahui Sobat Holopis, bahwa Rasmus Paludan melakukan aksi pembakaran mushaf Alquran di tengah aksi unjuk rasa anti Turki karena dianggap mempengaruhi kebebasan berekspresi di negaranya.

Aksi yang dilakukan di Stockholm pada hari Sabtu (21/1) lalu tersebut juga sekaligus sebagai bentuk gerakan untuk mendesak agar Swedia bisa bergabung dengan NATO.

Menyusul aksi konyol Paludan, Edwin Wagensveld yang merupakan provokator anti-Islam juga melakukan hal serupa.

Edwin yang juga merupakan pemimpin kelompok sayap kanan PEGIDA cabang Belanda melakukan aksi perobekan dan pembakaran terhadap mushaf Alquran di Den Haag pada hari Senin (23/1) sebagai bentuk protesnya terhadap Islamisasi barat.