HOLOPIS.COM, JAKARTA – Meski Budayawan, Emha Ainun Nadjib atau karib disapa Cak Nun sudah menyatakan permintaan maaf atas ucapannya yang menyamakan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dengan Firaun, hal itu tetap tidak menghilangkan substansi kritikan. Permohonan maaf hanya sebatas ranah sopan santun dalam budaya Indonesia.
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, kritik yang disampaikan Cak Nun secara terbuka merupakan kegelisahan sosial yang natural.
“Cak Nun tidak sedang ‘kesambet’ saat berbicara. Saya cermati, itu dilakukan secara sadar dan meyakinkan karena Cak Nun yakin kritiknya itu benar secara empirik,” kata Ubedilah, Kamis (19/1).
Permintaan maaf Cak Nun, menurut Ubedilah, sebatas menjalankan sopan santun dalam budaya Indonesia. Akan tetapi, permintaan maaf itu tidak menghilangkan substansi kritik yang disampaikan.
“Tentang Cak Nun minta maaf, itu ranah sopan santun dalam budaya kita. Tetapi tidak menghilangkan substansi kritiknya. Bahwa kritik Cak Nun benar realitasnya secara empirik,” tandas Ubedilah.