HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah semakin menunjukkan keseriusannya dalam mendorong hilirisasi di sektor pertambangan, dengan menutup keran ekspor bijih nikel, serta bauksit yang rencananya akan diimplementasikan di tahun ini.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menyampaikan, bahwa hilirisasi komoditas mineral mentah cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Sebab, nilai tambah dari produknya bisa mencapai berkali kali lipat.
Nikel misalnya, nilai jual produk turunan nikel meningkat dari yang sebelumnya hanya US$3,3 miliar pada 2017 menjadi US$20,9 miliar pada 2021. Dari hilirisasi tersebut, nilai investasi yang didapat sudah di atas US$ 23 miliar.
“Artinya ini adalah prospek, jadi mohon maaf kita sekarang sudah melarang beberapa komoditas kita yang kita ekspor termasuk tahun ini bauksit. Ke depan, kita akan larang lagi timah,” kata dia Bahlil dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (17/1).
Menurut Bahlil, investasi di sektor hilirisasi merupakan langkah yang bagus bagi Indonesia untuk menapaki jejak menjadi negara maju.
“Kalau mau negara kita dari negara berkembang ke negara maju kita gak bisa harapkan APBN kita yang hanya 18 persen dari kontribusi GDP jadi mau gak mau kita harus hilirisasi,” kata dia.
Pemerintah menargetkan, nilai investasi yang didapat Indonesia pada tahun 2035 mendatang, apabila konsisten bergerak mengembangkan sektor hilirisasi mencapai US$345 miliar.
“Nah potensi hilirisasi kalau kita fokus sampai 2035 US$ 545,3 miliar dari 8 komoditas,” tuturnya.
Selain nilai investasi, tercipta juga lapangan pekerjaan yang berkualitas apabila Indonesia mampu melakukan hilirisasi di dalam negeri.
Oleh sebab itu, Bahlil berharap agar persoalan di lapangan seperti perizinan tidak terlalu berbelit, yang tentu akan berdampak negatif terhadap minat para investor.