HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir angkat bicara terkait tradisi tahlilan yang saat ini tengah di perbincangkan di media sosial Twitter, bahkan sempat menjadi trending topic pada hari ini.

Menurutnya, tradisi tahlilan merupakan suatu cerminan atas pergaulan seorang individu dengan tetangga ataupun masyarakat di lingkungan sekitarnya.

“Tradisi tahlilan itu cerminan pergaulan dengan tetangga atau masyarakat,” kata Gus Nadir melalui cuitan di akun Twitter pribadinya yang dikutip Holopis.com, Selasa (20/12).

Sebagai informasi, tahlilan merupakan salah satu tradisi yang mengakar di kalangan masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya bagi masyarakat nahdhiyyin. Tradisi tahlilan biasanya dilakukan secara berjama’ah dalam suatu majlis, saat ada momen-momen khusus seperti kirim doa untuk keluarga yang sudah wafat.

Akademisi di Monash University Australia itu pun lantas menjelaskan, apabila seorang individu yang telah wafat mempunyai pergaulan yang baik dengan para tetangga semasa hidupnya, tentu bukan hal yang mustahil, jika para tetangga akan berbondong-bondong membantu memanjatkan doa kepada almarhum dengan cara tahlilan.

“Kalau semasa hidup relasi kita baik, sering gaul dan gabung, ringan tangan kalau tetangga punya hajatan, dekat dengan Kiai/Ustad setempat, insyaAllah saat wafat, gak pakai disuruh pun warga datang tahlilan ngebantuin,” tuturnya.

https://twitter.com/na_dirs/status/1605094858611253248?s=20&t=Z6vaTdC9RTVFwSfZReyaLA

Perlu diketahui Sobat Holopis, topik tahlilan menjadi trending topics usai cuitan dari akun Twitter @salima252lagi viral. Dalam cuitannya, ia menyebut tradisi tahlilan saat kematian seseorang justru hanya akan memberatkan keluarga. Terlebih masyarakat miskin di Indonesia didominasi warga nahdliyin.

“Tradisi seolah mewajibkan perayaan kematian keluarga di hari ke 7–14-40-100 itu gak wajib bahkan gak ada tuntunannya dan hanya memberatkan jelata saja. Faktanya orang miskin di Indonesia ini banyak dari NU,” kata @salima252lagi.

Dia pun meminta para petinggi NU untuk sadar akan hal tersebut dan menjelaskan kepada masyarakat bahwa tahlilan di acara kematian seseorang bukanlah hal yang wajib.

“Petinggi NU harusnya sadar dan mau menjelaskan kepada umatnya jemaahnya bahwa tradisi seolah mewajibkan perayaan kematian keluarga itu gak wajib,” tutur dia.