HOLOPIS.COM, JAKARTA – Seorang peramal bernama Athos dari Brasil yang dijuluki Living Norstradamus, memprediksi bahwa Argentina akan keluar sebagai juara Piala Dunia 2022.

Diketahui, pria bernama lengkap Athos Salome tersebut disamakan dengan peramal asal Prancis bernama Nostradamus, karena kabarnya telah meramalkan beberapa hal yang terbukti terjadi saat ini seperti adanya pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina hingga kematian Ratu Elizabeth II.

Kemudian, Athos juga turut meramalkan perhelatan Piala Dunia 2022 sebelum bola itu bergulir di Qatar untuk pertama kalinya pada awal November lalu, dimana ramalannya mengungkap bahwa Argentina dan prancis akan bertemu di babak final.

Nyatanya itu semua terjadi, hal tersebut lah yang kemudian tersemat julukan Nostradamus Hidup atau Living Nostradamus.

Kini, Athos kembali muncul dengan ramalannya yang mengklaim bahwa ia sudah mengetahui siapa juara Piala Dunia 2022.

Athos mengungkap, bahwa perasaannya mengatakan Argentina lah yang akan keluar sebagai juaranya.

Athos sendiri menjelaskan bahwa ramalan yang ia buatnya itu berdasarkan sistem yang disebut Kabbalah, dengan menganalisis probabilitas matematis.

Dalam perhitungannya, untuk final Piala Dunia 2022 terdiri dari tanggal pertandingannya yakni jatuh di hari Minggu (18/12) dan nama-nama negara peserta.

Kemudian penjumlahannya memberi Argentina angka delapan. Menurutnya, angka tersebut memiliki arti tersendiri.

“Penyelesaian penciptaan, dan permulaan siklus baru, penerimaan dari apa yang dilakukan dan dipraktikkan,” ungkap Athos, seperti dikutip Holopis.com dari The Sun, Jumat (16/12).

“Anda tidak dapat memprediksi permainan, itu adalah keberuntungan dan keberuntungan diukur dengan usaha dan bukan dengan menebak, saya selalu menentang memberikan tebakan saya, karena ribuan orang bertaruh, saya menentang permainan kebetulan,” tambahnya.

Sementara perhitungan lain memberi Prancis dengan nomor tujuh, yang diklaim tak cukup bagus untuk menang.

“Hukum Tujuh memahami bahwa Alam Semesta terdiri dari kekuatan yang saling mempengaruhi dan oleh karena itu tidak ada yang tetap sama, ia berkembang atau merosot,” ujarnya.

Berdasarkan teorinya yang mengatakan ‘tidak ada yang tetap sama’, maka diklaim Prancis akan kalah.

“Karena itu tidak masuk akal bagi Prancis untuk menjadi juara lagi,” tukasnya.

Meski begitu, dalam sepakbola tak ada yang tidak mungkin, pribahasa ‘bola itu bundar’ nampaknya masih berlaku sampai saat ini.

Terbukti, dimana muncul beberapa tim kuda hitam yang mampu mengejutkan, dengan mengalahkan tim-tim unggulan juara, salah satu contohnya yakni Maroko.