HOLOPIS.COM, JAKARTA – Aktivis dan influencer, Mohamad Guntur Romli merasa bahwa apa yang disampaikan oleh Kapolres Cianjur, AKBP Doni Hermawan adalah statemen yang cukup blunder. Dimana ia menyebut bahwa aksi pencopotan label gereja di tenda bantuan untuk korban gempa bumi Cianjur oleh sejumlah orang anggota ormas bukan bagian dari aksi intoleran.

“Blunder ini pernyataan Kapolres Cianjur, jelas-jelas itu aksi intoleransi, nyopot-nyopotin label,” kata Guntur Romli dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (27/11).

Padahal, label-label sejenis juga terpasang di berbagai atribut bantuan yang datang ke masyarakat. Sehingga cukup naif jika bantuan dari salah satu gereja justru diperlakukan secara diskriminatif.

“Lagian label-label kayak itu biasa ada di bantuan-bantuan yang lain, kenapa yang dari gereja harus dicopot?,” ucapnya.

Ia menganggap bahwa tingkah laku sejumlah orang yang mencopot label tenda bantuan dari gereja merupakan aksi provokasi semata. Padahal, seharusnya masyarakat dan para tokoh siapa pun yang ada di sana lebih fokus pada penanganan korban dan penyaluran bantuan, tidak malah fokus menilai bantuan dari mana yang harus diterima dan tidak boleh diterima.

“Aksi pencopotan label-label itu adalah provokasi. Bukannya sibuk dan fokus menyebarkan bantuan tapi malah mengganggu bantuan-bantuan yang datang. Seperti halnya penghadangan bantuan-bantuan tempo hari,” tandasnya.

Sikap Kapolres Cianjur tersebut menurut Guntur Romli justru bisa dianggap sebagai pembenaran aksi serupa jika sampai terjadi lagi.

“Kapolres Cianjur harusnya menindak aksi provokasi macam itu, bukan malah ngasih angin,” sambungnya.

Lebih lanjut, Guntur Romli menilai bahwa penyematan label organisasi atau instansi tertentu di dalam penyaluran bantuan wajar-wajar saja sebagai bentuk transparansi semata.

“Label-label itu dalam ukuran yang wajar biasa ada di bantuan-bantuan, tujuannya untuk transparansi, dokumentasi dan laporan, selama tidak disalahgunakan, kenapa harus diganggu? Kenapa alergi dengan bantuan-bantuan yang beda agama,” pungkasnya.

Sebelumnya, ada aksi pencopotan label di beberapa tenda yang disalurkan oleh Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injili Indonesia oleh sejumlah orang dari sebuah ormas tertentu. Dalam konteks itu, Kapolres Cianjur menyebut bahwa aksi pencopotan itu bukan bagian dari aksi intoleransi.

“Perlu ditegaskan, jika ini bukan aksi intoleransi. Tendanya masih digunakan masyarakat, tidak ditolak. Hanya stiker atau labelnya yang dicabut,” kata Kapolres Cianjur, AKBP Doni, Sabtu (26/11).

Namun hari ini, ia meralat statemennya sendiri. Ia menyebut bahwa tindakan pencopotan itu bagian dari aksi intoleransi.

“Ormasnya itu jelas intoleran,” kata Doni, Minggu (27/11).

Ia menyatakan bahwa masyarakat di lokasi pengungsian tidak ada yang intoleran. Mereka sangat menerima bantuan apa pun dari siapa pun untuk meringankan beban mereka usai wilayahnya dihantam gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo.

“Jadi saya perlu tegaskan dan luruskan, jika masyarakat Cianjur terutama pengungsi tidak intoleran, mereka sangat toleran, menerima bantuan dari mana pun tanpa melihat latar belakang kelompok,” tegasnya.

Sementara untuk para pelaku, ia mengaku sudah dilakukan pemeriksaan dan mereka berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

“Sudah diperiksa tadi malam, sudah berjanji tidak akan mengulangi,” tandasnya.

Jika sampai ada aksi serupa dan para pelaku melakukan hal yang sama, maka pihaknya akan mengambil langkah hukum.

“Kalau terjadi lagi, kita akan proses hukum,” pungkasnya.