HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gempa Bumi Magnitudo (M) 5,6 yang menguncang wilayah Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11), hingga merusak bangunan dan menimbulkan korban. Ternyata bukan gempa bumi yang pertama terjadi di wilayah tersebut.
Menurut catatan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), gempa di kawasan Cianjur-Sukabumi terjadi sejak tahun 1844.
“Untuk pertama kalinya, gempa Cianjur-Sukabumi tercatat pada tahun 1844. Sebelum tahun 1844 pernah juga terjadi gempa, tapi tidak tercatat,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada Holopis.com, Selasa (22/11).
Sementara itu, gempa bumi yang berdampak pada kerusakan juga terjadi pada tahun 1879, 1900, 1910 dan 1912. Kemudian, pada 2 November 1969 terjadi gempa M 5,4 yang menyebabkan rumah rusak.
Lalu pada 26 November 1973, gempa bumi kembali melanda Cianjur-Sukabumi berkekuatan M5,4 dan 5,1 menyebabkan 1.900 rumah rusak berat.
“Wilayah yang alami kerusakan, Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan,” jelas Daryono.
Pada 12 Juni 2011, gempa Cianjur-Sukabumi berkekuatan M4,9 mengakibatkan 136 rumah rusak di Lebak dan Sukabumi. Pada 4 Juni 2012, lanjut Daryono, tercatat menjadi gempa dengan kekuatan yang terbesar di kawasan Cianjur-Sukabumi, yakni mencapai magnitudo 6,1.
“Gempa itu mengakibatkan 104 rumah rusak di Sukabumi,” katanya.
Di tahun yang sama, lanjut dia, tepatnya pada 8 September 2012, juga terjadi gempa M5,1 yang menyebabkan 560 rumah rusak di Sukabumi.
Pada 11 Maret 2020, gempa berkekuatan M5,1 merusak 760 rumah di Sukabumi, dan pada 14 November 2022, ada tiga gempa bumi yang terjadi secara beruntun dengan kekuatan magnitudo M4,1, M3,3, dan M2,6.
Daryono mengemukakan wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, Bandung secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks yang menjadikan kawasan itu masuk dalam daerah rawan terjadi gempa.
“Disebut seismik aktif, karena hasil monitor BMKG di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman,” ujarnya.
Terkait kompleksitas, lanjut dia, daerah itu merupakan daerah jalur gempa aktif seperti keberadaan sesar atau patahan Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dan masih banyak lagi sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut.
“Sehingga, kawasan tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen,” tuturnya.